Oleh : Tuan Guru Langkat, Al-Muhaddits Al-Musnid Asy-Syaikh Muhammad Husni Ginting, Lc, DIPL.
Mimpi dengan bertemu Rasulullah SAW merupakan keistimewaan terbesar dalam kehidupan kita, tidak semua orang dapat merasakan hal ini, ini juga termasuk dari sebuah pernyataan bahwa amalan-nya selama ini adalah benar, sebab itu banyak orang mencoba untuk bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW dengan cara-cara tertentu tapi tidak membuahkan hasil, karena bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW merupakan anugerah dari Allah semata, keadaan ini ditopang oleh sabda Nabi SAW :
من رأني في المنام فإنه رأني فإن الشيطان لا يتمثل بي
Artinya : "Siapa orang yang melihat ku dalam tidur-nya, maka sungguh dia telah melihat ku, karena setan tak akan mampu berupa seperti rupa ku." [H.R.Bukhari].
Bagaimana pula jika seseorang bertemu dalam tidur-nya dan bertanya tentang hadits Nabi, bagaimana derajat-nya (kualitas-nya) ?
Kalau pertanyaan itu terjadi dengan pertanyaan dimana 'Makhraj'-nya (tempat keluar-nya hadits atau letak hadits didalam suatu kitab), kemudian Rasulullah SAW sebutkan dan besok hari-nya kita dapatkan hadits itu 'Makhraj' hadits-nya dikeluarkan oleh Baihaqi umpama-nya, yang seperti itu tak mengapa.
Sebagaimana yang terjadi kepada Assayyid Prof.Dr.Aqil Bin Husein Al-Munawwar, MA (Menteri Agama RI Ke-19, 2001-2004), yang bertanya kepada Asy-Syaikh Muhammad Yasin Alfadani, kemudian Asy-Syaikh Yasin Alfadani berkata bahwa beliau akan tanyakan kepada Nabi SAW mengenai siapa yang mengeluarkan-nya, benar saja bahwa Asy-Syaikh Yasin Alfadani bermimpi bertemu dengan Nabi SAW dan bertanya dimana letak kedudukan hadits itu. Esok hari-nya Assayyid Prof.Dr.Aqil Bin Husein Al-Munawwar datang sesuai janji dari Asy-Syaikh Yasin Alfadani, beliau begitu semangat untuk mengetahui dimana letak hadits itu untuk menyelesaikan disertasi-nya, Asy-Syaikh Yasin Alfadani menceritakan bahwa hadits itu ada dan telah dikeluarkan oleh Syaikh Fulan Bin Fulan, dengan jawaban dari Asy-Syaikh Yasin Alfadani itu, maka Assayyid Prof.Dr.Aqil Bin Bin Husein Al-Munawwar menjadi senang dan beliau teliti kembali dikitab yang disebutkan oleh Asy-Syaikh Yasin Alfadani, dan ternyata ketemu.
Adapun jika bertanya tentang kedudukan hadits, atau apakah itu hadits tanpa menggunakan qaidah ahli hadits, maka bagi ahli hadits memiliki beberapa persyaratan (persyaratan ini juga berlaku untuk yang bermimpi diberi amalan oleh seorang Guru) :
1. Hadits-nya masih dibawah keumuman syari'at.
2. Tidak menghalalkan yang haram.
3. Tidak mengharamkan yang halal.
4. Diamalkan secara pribadi dan tidak boleh disampaikan ke khalayak ramai.
Hal ini serupa jika kita mendapat amalan dari Rasul secara mimpi. Kenapa demikian, padahal ketika kita bermimpi Nabi SAW tidak akan tersalah, sebab setan tidak dapat berupa dengan Rasul SAW ?
1. Karena didalam tidur tempat kebiasaan terlupa.
2. Dalam tidur akal kita akan hilang.
3. Didalam tidur banyak gangguan hafalan.
4. Apa yang kita lihat didalam tidur terkadang tidak membuat yakin.
Demikianlah tanggapan ahli hadits dengan apa yang kita lihat didalam tidur.
Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar