Jumat, 30 Oktober 2020

"Adab Dan Tata Cara Ziarah Kubur."

Oleh : Al-Habib Muhammad Shulfi Bin Abu Nawar Alaydrus, S.Kom (Pimpinan Majlis Ta'lim Nurussa'adah, Joglo).

Adab dan tata cara ziarah kubur, sebagai berikut :

1. Meluruskan Niat.

Sebagaimana Al-Imam Qurthubi didalam Tafsir-nya menyatakan :

"Hendak-nya ketika berziarah, seseorang berniat untuk menggapai keridhaan Allah, memperbaiki hati yang rusak, atau memberikan manfaat kepada mayit dengan membacakan Al-Qur'an atau berdo'a dikuburan-nya." [Abu 'Abdillah Muhammad Bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi, Kitab Al-Jami'u Li Ahkamil Qur'an, Juz 20, Cetakan Darul Ihyait Turatsil 'Arabi, Hal.171].

2. Kehadiran Hati.

Untuk dapat memetik hikmah dari ziarah, yaitu memetik pelajaran yang dapat melunakkan hati yang kasar sehingga kekerasan hati seseorang dapat luluh dan menitiskan air mata sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Majah RA, bahwa Sayyidina Utsman Bin 'Affan menangis sehingga jenggot-nya basah jika berdiri didepan sebuah kubur.

3. Mempunyai Wudhu'.

Seseorang yang akan berziarah hendak-nya suci dari hadats kecil dan hadats besar serta najis. Karena ketika berziarah dianjurkan untuk berdo'a, dan do'a dalam keadaan suci akan mudah diijabah Allah SWT.

4. Mengucapkan Salam.

Ketika memasuki area pekuburan hendak-nya mengucapkan salam secara umum : 

السَّلامُ عَلَيْكُمْ يَا أَهْلَ القُبُورِ مِنَ المُسْلِمِينَ وَالمُؤمِنينَ أَنْتُمْ لَنَا سَلَفٌ وَنَحْنُ لَكُمْ تُبَعٌ وَإِنَّا إنْ شَاءَ الله بِكُمْ لاحِقُونَ

Assalaamu'alaikum Yaa Ahlal Qubuuri Minal Muslimiina Wal Mu'miniina, Antum Lanaa Salafun Wa Nahnu Lakum Taba'un, Wa Innaa Insyaa Allahu Bikum Laa Hiquuna.

Artinya : "Kesejahteraan atas kalian, wahai penghuni kubur dari golongan yang beriman dan beragama Islam, dan kami Insyaa Allah juga akan menyusul kalian (yang) telah mendahului kami dan kami akan mengikuti kalian." [H.R.Muslim].

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَا أَهْلَ الْقُبُورِ يَغْفِرُ اللَّهُ لَنَا وَلَكُمْ أَنْتُمْ سَلَفُنَا وَنَحْنُ بِالْأَثَرِ

Assalamu'alaikum Yaa Ahlal Qubuuri, Yaghfirullaahu Lanaa Wa Lakum, Antum Salafunaa Wa Nahnu Bil Atsari.

Artinya: "Salam sejahtera bagi kalian wahai penghuni kubur, semoga Allah mengampuni kami dan kalian. Kalian adalah pendahulu kami dan kami akan menyusul." [H.R.Tirmidzi].

5. Tidak Menduduki Kuburan Dan Tidak Menginjak Kuburan.

Tidak menginjak, melangkahi, ataupun duduk diatas sebuah kubur. Sebagaimana Rasulullah SAW, bersabda :

لَأَنْ يَجْلِسَ أَحَدُكُمْ عَلَى جَمْرَةٍ فَتُحْرِقَ ثِيَابَهُ، فَتَخْلُصَ إِلَى جِلْدِهِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَجْلِسَ عَلَى قَبْرٍ

Dari Abu Hurairah RA., Nabi Muhammad SAW, bersabda : 'Sesungguh-nya jika salah seorang diantara kalian duduk diatas bara api hingga membakar baju-nya dan menembus kulit-nya, itu lebih baik daripada duduk diatas sebuah kubur.' [H.R.Muslim, Abu Dawud, Nasai, dan Ibnu Majah].

لَأَنْ أمشِيَ على جَمْرَةٍ أو سيف أو أَخْصِفَ نعلي برجلي أحب إلي من أن أمشي على قبر

Rasulullah SAW, bersabda : 'Sesungguh-nya jika aku menginjak bara api atau pedang yang tajam atau menjahit alas kaki dengan kulit kaki ku, lebih kusukai daripada menginjak (melangkahi) sebuah kubur.' [H.R.Ibnu Majah].

6. Menghadap Wajah Mayyit.

Al-Imam Qurtubi didalam Tafsir-nya, beliau berkata :

"Seorang peziarah hendak-nya mendatangi kuburan yang dia kenal (yang dituju), dari arah wajah-nya (membelakangi kiblat) dan segera mengucapkan salam kepada-nya. Sebab, menziarahi makam seseorang adalah seperti bercakap-cakap dengan-nya semasa hidup. Jika masih hidup, kita akan berbicara dengan menghadapkan wajah ke arah-nya, maka setelah wafat hendak-nya kita melakukan hal yang sama dalam menziarahi-nya."

Sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda : 'Tidaklah seseorang melewati kuburan saudara-nya sesama muslim yang ia kenal (semasa hidup) didunia, kemudian ia ucapkan salam kepada-nya, melainkan Allah kembalikan ruh saudara-nya itu (ke jasad-nya) hingga ia dapat menjawab salam-nya." [H.R.Ibnu 'Abdul Bar. Hadits ini 'Hadits Sahih' yang tercantum didalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3, Cetakan Daarul Ihyaail Kutubil 'Arabiyyah, Hal.438].

7. Duduk Berdekatan Dengan Kuburan.

Selanjut-nya disunnnahkan duduk berdekatan dengan kuburan yang diziarahi agar ia merasa senang. Sebagaimana dinyatakan oleh Ummul Mukminin 'Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda : 'Tidaklah seseorang berziarah ke kuburan saudara-nya dan duduk didekat kuburan-nya, melainkan saudara-nya tersebut merasa senang dengan kehadiran-nya.' [H.R.Ibnu Abid Dunya].

8. Membaca Al-Qur'an Atau Surat Yaasiin, Tahlil, Serta Berdoa'a.

Ketika Ummul Mukminin mengikuti Rasulullah SAW berziarah ke Baqi' dan menanyakan mengapa Beliau keluar menuju Baqi' diakhir malam, Rasulullah SAW menjawab : 'Jibril memerintahkan aku untuk mendatangi pemakaman Baqi' dan memohonkan ampun bagi mereka.' [H.R.Annasa'i].

Dari Anas sesungguh-nya dia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda : "Siapa orang yang ketika memasuki area pekuburan, maka ia membaca Surat Yaasiin (dan menghadiahkan pahala-nya untuk orang-orang mati) pada saat itu juga Allah SWT meringankan (siksa) mereka, dan bagi orang (yang) membaca mendapat pahala sebanyak kebaikan yang dihadiahkan-nya kepada orang-orang yang mati. Maka bacakanlah Surat Yaasiin untuk orang-orang yang telah mati diantara kamu." [H.R.Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Hakim dari Ma'qal Bin Yasar, Hadits Hasan].

Juga hendak-nya membaca surat-surat berikut ini :

• Surat Al-Qadar sebanyak 7x.
• Surat Al-Fatihah sebanyak 3x.
• Surat Al-Falaq sebanyak 3x.
• Surat Annas sebanyak 3x.
• Surat Al-Ikhlas sebanyak 3x.
• Ayat Kursi sebanyak 3x.

Dalam suatu hadits disebutkan : “Siapa orang yang membaca surat Al-Qadar (7 kali) dikuburan seorang mukmin, Allah mengutus malaikat pada-nya untuk beribadah didekat kuburan-nya, dan mencatat bagi si mayyit pahala dari ibadah yang dilakukan oleh malaikat itu sehingga Allah memasukkan ia ke dalam surga. Dan dalam membaca surat Al-Qadar disertai Surat Al-Falaq, Annas, Al-Ikhlash, dan Ayat Kursi, masing-masing (3 kali).”

• Membaca do'a ini sebanyak 3 kali.

 أللهم بحق محمد وال محمد لا تعذب هذا الميت

Allahumma Bihaqqi Muhammadin Wa Aali Muhammadin Laa Tu'adz-dzib Hadzal Mayyiti.

Artinya : 'Yaa Allah dengan haq Muhammad dan keluarga Muhammad janganlah azab penghuni kubur (mayyit) ini.'

Rasulullah SAW bersabda : 'Tidak ada seorang pun yang membaca do'a tersebut tiga kali dikuburan seorang mayyit atau saat melihat iring-iringan jenazah lewat, kecuali Allah SWT menjauhkan dari-nya azab (diberhentikan adzab-nya) kubur.'

• Lalu letakkan tangan dikuburan-nya sambil membaca do'a :

اَللَّهُمَّ ارْحَمْ غُرْبَتَهُ، وَصِلْ وَحْدَتَهُ، وَاَنِسْ وَحْشَتَهُ، وَاَمِنْ رَوْعَتَهُ، وَاَسْكِنْ اِلَيْهِ مِنْ رَحْمَتِكَ يَسْـتَغْنِي بِهَا عَنْ رَحْمَةٍ مِنْ سِوَاكَ، وَاَلْحِقْهُ بِمَنْ كَانَ يَتَوَلاَّهُ

Allahummarham Ghurbatahu, Wa Shil Wahdatahu, Wa Anis Wahsyatahu, Wa Amin Rau'atahu, Wa Askin Ilaihi Min Rahmatika, Yastaghnii Bihaa 'An Rahmatin Min Siwaaka, Wa Alhiqhu Biman Kaana Yatawallaahu.

Artinya : "Yaa Allah, kasihi keterasingan-nya, sambungkan kesendirian-nya, hiburlah kesepian-nya, tenteramkan kekhawatiran-nya, tenangkan ia dengan rahmat Mu yang dengan-nya ia tidak membutuhkan kasih sayang dari selain Mu, dan susulkan ia kepada orang yang ia cintai."

Ibnu Thawus mengatakan :

"Jika kamu hendak berziarah ke kuburan orang-orang mukmin, maka hendak-nya pada hari Kamis, jika tidak, maka waktu tertentu yang kamu kehendaki, menghadap ke kiblat sambil meletakkan tangan pada kuburan-nya dan membaca do'a tersebut."

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Sabtu, 24 Oktober 2020

"Kelezatan Bersenggama Disurga."



Didalam Kitab Tafsir Ruuhil Bayaan, Juz 7, Hal.313 :

‏‏وفى الفتوحات المكية ولذة الجماع هناك تضاعف على لذة جماع اهل الدنيا أضعافا مضاعفة فيجد كل من الرجل والمرأة لذة لا يقدر قدرها لو وجداها فى الدنيا غشى عليهما من شدة حلاوتها لكن تلك اللذة انما تكون بخروج ريح إذ لا منى هناك كالدنيا كما صرحت به الأحاديث فيخرج من كل من الزوجين ريح كرائحة المسك وليس لاهل الجنة ادبار مطلقا لان الدبر انما خلق فى الدنيا مخرجا للغائط ولا غائط هناك ولولا ان ذكر الرجل او فرج المرأة يحتاج اليه فى جماعهم لما كان وجد فى الجنة فرج لعدم البول فيها ونعيم اهل الجنة مطلق والراحة فيها مطلقة الاراحة النوم فليس عندهم من نعيم راحته شىء لانهم لا ينامون ولا يعرف شىء الا بصده ومنها سماع الأصوات الطيبة والنغمات اللذيذة.

(تفسير روح البيان ، ج ٧ ، ص ٤١٤).

‏‏‎
Artinya : "Didalam kitab Al-Futuhatul Makkiyyah dijelaskan, kelezatan Jima' (bersenggama) disurga digandakan berlipat-lipat, jauh diatas kelezatan jima' penduduk dunia. Masing-masing dari pasangan, laki-laki dan perempuan merasakan kelezatan itu sampai tidak mampu mengira-ngirakan kelezatan-nya. Andai kelezatan itu mereka temukan didunia, niscaya mereka berdua akan tak sadarkan diri, karna saking lezat-nya. Akan tetapi kelezatan jima' itu dengan keluar aroma wangi, karena disurga tidak akan ada keluar mani. Masing-masing dari suami - istri keluar aroma wangi seperti aroma misik."

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Kamis, 15 Oktober 2020

"Dalil Menziarahi Kuburan Orang Tua Dihari Jumu'at."

Banyak dari kita merasa sedih ketika ditinggal kedua orang tua. Disamping karena perpisahan didunia, kesedihan anak-anak juga muncul karena mereka menyesal atas kurang-nya bakti dan pengabdian kepada kedua orang tua. Meski demikian, anak tetap dapat berbakti kepada orang tua sepeninggal mereka. Anak-anak itu dapat menziarahi kuburan kedua orang tua. Ziarah ke kuburan kedua orang tua memiliki keutamaan luar biasa sebagaimana riwayat berikut ini :

وَقَدْ رَوَى الْحَكِيمُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فِي كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّةً غَفَرَ اللَّهُ لَهُ وَكَانَ بَارًّا بِوَالِدِيهِ 

Artinya : "Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA dengan keadaan Marfu', 'Siapa saja yang menziarahi kuburan kedua orang tua-nya atau salah satu dari kedua-nya pada setiap hari Jumu'at, niscaya Allah mengampuni-nya dan ia tercatat sebagai anak yang berbakti kepada kedua-nya.'" [Kitab Tuhfatul Habib 'Alal Khatib, Karangan Al-Bujairimi].

Kedatangan anak dengan ziarah ke kuburan kedua orang tua saja sudah cukup. Namun, alangkah baik-nya disana mereka mengkhatamkan Al-Qur'an atau membaca beberapa surat dalam Al-Qur'an sebagaimana riwayat berikut ini :

وَفِي رِوَايَةٍ مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ كُلَّ جُمُعَةٍ أَوْ أَحَدِهِمَا فَقَرَأَ عِنْدَهُ يَس وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ غُفِرَ لَهُ بِعَدَدِ ذَلِكَ آيَةً وَحَرْفًا وَفِي رِوَايَةٍ مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ كَانَ كَحَجَّةٍ 

Artinya : "Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, 'Siapa saja yang menziarahi (kubur) kedua orang tua-nya atau salah satu dari kedua-nya setiap hari Jumu'at, lalu membaca didekat-nya Surat Yaasiin dan sejumlah ayat Al-Qur'an, maka diampuni bagi-nya dosa sebanyak ayat dan huruf yang ia baca.' Dalam riwayat lain, 'Siapa saja yang menziarahi (kubur) kedua orang tua-nya atau salah satu dari kedua-nya pada hari Jumu'at, maka itu bernilai Ibadah Haji.'" [Kitab Tuhfatul Habib 'Alal Khatib, Karangan Al-Bujairimi].

Riwayat hadits berikut ini memberikan harapan bagi seorang anak yang ketika disebelum orang tua-nya meninggal dunia mereka berbuat durhaka terhadap salah satu atau kedua orang tua-nya. Mereka dapat memperbanyak ibadah kepada Allah dengan do'a atau ibadah lain-nya yang dimaksudkan sebagai hadiah pahala bagi kedua orang tua-nya :

وَرُوِيَ إنَّ الرَّجُلَ لَيَمُوتُ وَالِدَاهُ وَهُوَ عَاقٌّ لَهُمَا فَيَدْعُو اللَّهَ لَهُمَا مِنْ بَعْدِهِمَا فَيَكْتُبُهُ اللَّهُ مِنْ الْبَارِّينَ 

Artinya : "Diriwayatkan bahwa seorang anak yang kedua orang tua-nya wafat sementara ia pernah berdurhaka terhadap kedua-nya, lalu ia berdo'a kepada Allah sepeninggal kedua-nya, niscaya Allah mencatat-nya sebagai anak yang berbakti." [Kitab Tuhfatul Habib 'Alal Khatib, Karangan Al-Bujairimi].

Menurut Al-Bujairimi, hadits-hadits ini menyarankan bahwa orang yang menziarahi kuburan kedua orang tua-nya adalah orang yang berbakti kepada kedua-nya, tidak durhaka, dan tidak menyia-nyiakan hak kedua-nya. [Kitab Tuhfatul Habib 'Alal Khatib, Karangan Al-Imam Bujairimi].

Al-Bujairimi juga mengutip pandangan Imam Assubki yang menyatakan bahwa praktik ziarah demi menunaikan sebuah kewajiban itu setara dengan praktik ziarah ke kuburan kedua orang tua. Oleh karena itu, ia menyarankan sesulit apapun, sebuah perjalanan ziarah itu harus ditempuh. 

قَالَ الْإِمَامُ السُّبْكِيُّ وَالزِّيَارَةُ لِأَدَاءِ الْحَقِّ كَزِيَارَةِ قَبْرِ الْوَالِدَيْنِ يُسَنُّ شَدُّ الرَّحَّالِ إلَيْهَا تَأْدِيَةً لِهَذَا الْحَقّ

Artinya : "Imam Assubki mengatakan, 'Ziarah untuk menunaikan kewajiban itu setara dengan menziarahi kubur kedua orang tua. Upaya menempuh perjalanan untuk kepentingan ini sangat dianjurkan sebagai bentuk pemenuhan kewajiban.'" [Kitab Tuhfatul Habib 'Alal Khatib, Karangan Al-Imam Bujairimi].

Dalam menerangkan keutamaan ziarah ke kuburan kedua orang tua dihari Jumu'at, Al-Bujairimi mengutip pandangan Ibnu Wasi'. Ia membawa riwayat yang menyatakan bahwa ahli kubur dapat mengenali siapa peziarah yang mengunjungi mereka dihari Jumu'at. 

وَكَانَ ابْنُ وَاسِعٍ يَزُورُ الْقُبُورَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَقُولُ بَلَغَنِي أَنَّ الْمَوْتَى يَعْلَمُونَ بِزُوَّارِهِمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَوْمًا بَعْدَهُ 

Artinya : "Ibnu Wasi' menziarahi kuburan-kuburan pada hari Jumu'at. Ia berkata, 'Sebuah riwayat sampai kepada ku bahwa ahli kubur itu mengetahui orang-orang hidup yang menziarahi mereka di hari Jumu'at dan sehari sesudah-nya.'" [Kitab Tuhfatul Habib 'Alal Khatib, Karangan Al-Imam Bujairimi].

Pelbagai keterangan ini sudah cukup untuk menerangkan keutamaan ziarah ke kuburan kedua orang tua. Keterangan ini tidak menyarankan seorang anak untuk berbuat durhaka terhadap kedua orang tua, lalu membasuh-nya dengan ziarah sepeninggal mereka.

Keterangan ini dipahami lebih pada upaya mengejar ketertinggalan atau ikhtiar dalam melanjutkan bakti terhadap kedua orang tua.

Wallahu A'lam.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.