Selasa, 19 Juli 2022

"Benarkah Ahli Kubur Peka Terhadap Orang Yang Masih Hidup ?"

Oleh : Al - Habib Muhammad Yusuf Bin Alwi Al - Aidid, S.Pd, M.Si (Dosen Agama Islam di Universitas Indonesia dan PNJ).

Sering kali ada pertanyaan yang menimbulkan polemik diantara sesama muslim. Pertanyaan tersebut ialah, 'Apakah orang yang sudah meninggal dunia peka terhadap orang yang masih hidup ?'

Rasulullah SAW, bersabda : 'Tidaklah seorang muslim sedang melintas pada kuburan saudaranya maka ia memberikan salam kepadanya kecuali Allah mengembalikan ruh saudaranya (yang telah meninggal dunia) sampai ia membalas salam atas saudaranya yang masih hidup.'

Hadis tersebut memperlihatkan betapa seorang yang sudah meninggal dunia itu tahu ketika ada yang menziarahinya. Begitu pula dengan orang-orang yang mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatannya. Untuk itu dianjurkan yang mengantarkan jenazah ialah laki - laki, karena dikhawatirkan ketika ada perempuan yang mengantarkan jenazah, ia larut dalam tangisan.

Sebagaimana Rasulullah SAW, bersabda : 'Sesungguhnya seorang mayyit mendengar bunyi sendal orang - orang yang mengantarkannya apabila mereka berbalik pulang darinya.'

Selain itu orang - orang yang berziarah dianjurkan menjaga Wudhu dan Adab. Sebab dengan hal - hal yang demikian itu akan membuat senang si mayyit. Adab yang pertama ketika berziarah kubur yaitu memberi salam kepada ahli kubur. Salam tersebut antara lain, 'Assalamu'alaikum Dar Qaum Mukminin' atau 'Assalam'ualaikum Alaa Ahliddiyar Minal Mu'minin Wal Mu'minat' atau 'Assalamu'alaikum Yaa Ahli Qubur'.

Ibnul Qayyim Al - Jauziyah menganjurkan memberi salam kepada ahli kubur tiga kali berturut - turut sampai mereka mengenali orang yang berziarah kepadanya dan dibuat senang olehnya.

Rasulullah SAW, bersabda : 'Tidaklah seseorang berziarah kepada kuburan saudaranya dan ia duduk disamping kuburannya kecuali ahli kubur melihatnya lalu menyebutnya sampai ia bangun untuknya.' 

Setelah seseorang memberikan salam kepada ahli kubur maka hendaknya membaca Al - Qur'an dan tahlil. Hal ini telah disabdakan oleh Rasulullah SAW, 'Bacalah oleh kalian Surat Yasin kepada orang yang telah meninggal dunia diantara kalian.' Sabda Rasulullah SAW yang lainnya, 'Talqinkanlah 'Laa Ilaha Ilallah' kepada orang yang telah meninggal dunia diantara kalian.'

Ibnul Qayyim Al - Jauziyah juga berkata, 'Sesungguhnya Surat Yaasiin merupakan jantungnya Al - Qur'an dan pada surat tersebut pula mempunyai khasiat yang luar biasa jika dibaca pada seseorang yang Sakaratul Maut atau seorang yang telah meninggal dunia. Adapun amal tersebut (dari pembacaan Yaasiin kepada ahli kubur) merupakan tradisi dahulu sampai sekarang terhadap seseorang yang sakaratul maut atau seorang yang telah meninggal dunia.'

Namun bolehkah seorang peziarah membaca surat lain selain Surat Yaasiin dalam berziarah kubur ?

Dikisahkan oleh Asy - Syaikh Abu Yahya An - Nakid, 'Aku pernah mendengar Asy - Syaikh Hasan Bin Al - Jaruwi berkata : Aku melintasi kuburan saudara perempuan ku lalu aku membaca surat Al - Mulk disisi kuburannya. Lalu beberapa hari setelah berziarah ada seorang laki - laki yang datang kepada ku menyebutkan saudara perempuan ku, lalu ia berkata, 'Sesungguhnya aku melihat saudara perempuan mu dimimpiku dan dia berkata : Semoga Allah membalas kebaikan kepada Aba Ali (Panggilan Abu Yahya An - Nakid) sungguh aku menerima manfaat atas apa yang ia baca.''

Melihat kisah tersebut, mengartikan bahwa membaca surat - surat lain dan dzikir - dzikir lain diperbolehkan, asal sesuai tuntunan Al - Qur'an dan Sunnah. Hal itu pernah dikisahkan ketika ada seseorang bertanya kepada Al - Imam Syafi'i, 'Apakah boleh membaca bacaan (Al - Qur'an dan Dzikir) disisi kuburan ?' Maka Al - Imam Syafi’i menjawab, 'Tidak apa - apa atas perbuatan tersebut.'

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Jumat, 13 Agustus 2021

"Hukum Berdiri Menyambut Kedatangan Orang Lain."

Oleh : Al-Habib Muhammad Shulfi Bin Abu Nawar Alaydrus, S.Kom (Pimpinan Majlis Ta'lim Nurussa'adah, Joglo).

(فصل : ويتسحب القيام للإمام العادل والوالدين وأهل الدين والورع وكرام الناس)

وأصل ذلك ما روي أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أرسل إلى سعد رضي الله عنه في شأن أهل قريظة، فجاء على حمار أقمر، فقال رسول الله - صلى اللهعليه وسلم - : « قوموا إلى سيدكم ».

وقد روت عائشة رضي الله عنها أنها قالت : كان رسول الله - صلى الله عليه وسلم - إذا دخل على فاطمة رضي الله تعالى عنها قامت إليه فأخذت بيده وقبلته وأجلسته في مجلسها، وإذا دخلت على النبي - صلى الله عليه وسلم - قام إليها وأخذ بيدها وقبلها وأجلسها في موضعه.
وقد روي عنه - صلى الله عليه وسلم - أنه قال : « إذا جاءكم كريم قوم فأكرموه ».

ولأن ذك يغرس المحبة والود في القلوب فاستحب لأهل الخير والصلاح كالمهاداة لهم، ويكره لأهل المعاصي والفجور.

Artinya : "Dianjurkan berdiri untuk menyambut kedatangan pemimpin yang adil, kedua orang tua, 'ulama, dan orang yang memiliki kemuliaan akhlak. Ini didasarkan pada satu riwayat yang menyatakan bahwa Nabi menyuruh Bani Quraizhah untuk menyambut kedatangan Sa'ad dengan berkata, 'Berdirilah kalian untuk menyambut pemimpin kalian !'

Aisyah berkata, 'Setiap kali Nabi mendatangi Fathimah, Fathimah langsung berdiri untuk menyambut-nya, lalu meraih tangan-nya dan mencium-nya, kemudian mempersilakan-nya duduk. Beliau Juga melakukan hal yang sama kepada Fathimah.' Dalam hadits lain Nabi bersabda, 'Jika datang kepada kalian seorang yang mulia dari satu kaum, maka muliakanlah ia !'

Tujuan semua ini adalah untuk menumbuhkan rasa cinta dan sayang dalam hati. Tindakan ini dianjurkan untuk dilakukan kepada orang-orang baik dan shaleh, bukan kepada para pelaku maksiat dan kejahatan, sebab itu dimakruhkan."

[Kitab Al-Gunyah Lithaalibii Thariiqil Haqq, Karangan Sulthanul 'Auliyaa Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, Bab Adab-Adab, Juz I, Hal.40, Penerbit Darul Kutub Al-Ilmiyyah].

Adapun sanad yang muttashil (bersambung) kepada Sukthanul 'Auliyaa Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, sebagai berikut :

الفقير غزالي حسن سيراغر المنديلي عن الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن العلامة المسند السيد ماجد بن حامد الشيحاوي الأعرجي الحسيني عن شيخه العلامة محمد صالح بن عثمان جلال الدين ملايوي عن العلامة المحدث حسن محمد المشاط عن شيخه العلامة عبد الله بن محمد غازي الهندي المكي عن شيخه العلامة الحبيب حسين بن السيد محمد بن حسين بن عبد الله الحبشي العلوي عن والده عن شيخه السيد طاهر بن الحسين بن طاهر عن السيد الامام عبد الرحمن بن علوي عن السيد عبد الرحمن بن عبد الله بلفقيه عن والده عن العلامة احمد القشاشي عن الامام الشناوي عن الامام عبد الرحمن بن عبد القادر بن عبد العزيز بن فهد العلوي عن عمه جار الله بن عبد العزيز عن الحافظ جلال الدين السيوطي عن الامام جلال الدين الملقن عن شيخه ابي اسحاق التنوخي عن ابي العباس الحجار عن الامام احمد بن يعقوب المارستاني عن سلطان الاولياء الامام القطب سيدي عبد القادر الجيلاني رضي الله عنه 

***

Saya mendapatkan Ijazah-nya dari Gurunda Al-Habib Muhammad Shulfi Bin Abu Nawar Alaydrus, S.Kom (Pimpinan Majlis Ta'lim Nurussa'adah, Joglo), melalui pesan WhatsApp Messenger, pada 13 Agustus 2021, pukul 07:36 - 10:12 WIB.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Sabtu, 03 Juli 2021

"Shalawat Ibnu Abbas."

Oleh : Al-Habib Muhammad Shulfi Bin Abu Nawar Alaydrus, S.Kom (Pimpinan Majlis Ta'lim Nurussa'adah, Joglo).

Berikut adalah redaksi Shalawat dari Sayyidinaa Abdullah Bin Abbas RA :

اَللَّهُمَّ يَادَائِمَ الفَضْلِ عَلَى الْبَرِيَّةِ يَا بَاسِطَ الْيَدَيْنِ بِالْعَطِيَّةِ يَا صَاحِبَا الْمَوَاهِبِ الْسَّنِيَّةِ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْوَرَى سَجِيَّةً وَغْفِرْلَنَا يَاذَا الْعُلَى فِى هَذِهِ الْعَشِيَّة

Artinya : "Yaa Allah, Wahai Dzat yang abadi anugerah-nya kepada manusia. Wahai Dzat yang membuka lebar tagan-nya dengan pemberian, Wahai Dzat yang mempunyai pemberian-pemberian yang luhur, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yaitu sebaik-baiknya manusia didalam perangai-nya. Ampunilah kepada ku, Wahai Dzat yang mempunyai keluhuran pada malam ini."

Fadhilah-nya ialah :

Berkata Ibnu Abbas RA, 'Siapa orang yang membaca shalawat ini sepuluh kali pada malam Jumu'at atau siang-nya dihari Jumu'at, maka Allah akan menetapkan kepada-nya sejuta kebaikan, melebur sejuta dosa dari pada-nya, dan mengangkat kepada-nya sejuta derajat.'

***

Saya (M. Ghozali Siregar) mendapatkan ijazah shalawat ini dari salah satu Guru saya, yakni Al-Habib Muhammad Shulfi Bin Abu Nawar Alaydrus, S.Kom (Pimpinan Majlis Ta'lim Nurussa'adah, Joglo).

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Selasa, 29 Juni 2021

"Shalawat Busyraa."

Oleh : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Shalawat Busyraa ialah Shalawat yang diimpikan oleh salah satu putra dari Al-Ustadz Al-Habib Hasan Bin Ahmad Baharun (Bangil), ditahun 2016 M, dan lebih tepat-nya lagi ialah dimalam ke-10 bulan Muharram, yang bertepatan dengan Malam Satu Syura'.

Pada saat itu beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, didalam mimpi-nya tersebut, beliau diajarkan Shalawat oleh Rasulullah SAW. Dan Subhanallah, sebangun dari tidur-nya itu, beliau sudah langsung hafal Shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW didalam mimpi-nya tadi.

Dan Rasulullah SAW bersabda kepada-nya didalam mimpi-nya itu, 'Bahwa siapa orang yang membaca Shalawat ini sebanyak 41 kali sehabis shalat Shubuh, maka khasiat-nya sama seperti membaca Surat Yaasiin 41 kali, yakni dalam mengkabulkan segala hajat, memudahkan segala urusan, menggapai segala harapan, melapangkan segala kesulitan, dan menghindarkan diri dari hal-hal yang ditakutkan serta dikhawatirkan.'

Redaksi Shalawat Busyraa ialah sebagai berikut :

اللهم صل و سلم على سيدنا محمد صاحب البشرى صلاة تبشرنا بها و أهلنا و أولادنا و جميع مشايخنا و معلمينا و طلبتنا و طالباتنا من يومنا هذا إلى يوم الأخرة

Adapun sanad yang mutthasil (bersambung) ialah sebagai berikut :

الفقير غزالي حسن سيراغر المنديلي عن الحبيب د.سقاف  بن حسن بن احمد بهارون عن النبي صل الله عليه و سلم

***

Saya (M.Ghozali Siregar) mendapatkan ijazah untuk mengamalkan-nya dan untuk mengijazahkan-nya lagi kepada yang lain-nya, langsung oleh Al-Habib Dr.Segaf Bin Hasan Bin Ahmad Baharun, M.HI., melalui pesan WhatsApp, pada hari selasa, 29 Juni 2021, pukul 15:08 - 18:36 WIB.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Senin, 28 Juni 2021

"Hukum Oral Seks (Mengulum Dan Menjilat), Khusus 18+."

Oleh : Al-Ustadz Tsabit Abi Fadhil.

Oral seks boleh enggak?

'Oral Seks' atau mengulum atau juga me-'nyepong' itu boleh dengan catatan tidak menelan 'Madzi'. Madzi sendiri adalah cairan bening yang lengket ketika syahwat memuncak. Madzi adalah cairan yang ketika keluar tanpa disertai dengan ada-nya rasa nikmat.

Adapun menelan 'Air Mani', air kehidupan itu ada dua pendapat 'ulama, yang masyhur dan yang benar adalah pendapat yang tidak memperbolehkan menelan air mani.

Namun jikalau dikeluarkan diwajah atau dimulut lawan main-nya saja tanpa ditelan maka hukum-nya boleh-boleh saja, karna air mani bukanlah najis, meskipun sebagian orang tentu merasa 'Jijik'.

Adapun menurut Asy-Syaikh Abi Zaid Al-Marwazi, hukum-nya adalah boleh karena air mani bukanlah hal yang najis.

Didalam Kitab Majmu' Syarah Muhadzdzab disebutkan :

(فرع) هل يحل اكل المنى الطاهر فيه وجهان الصحيح المشهور أنه لا يحل لانه مستخبث قال الله تعالي (ويحرم عليهم الخبائث) والثانى يجوز وهو قول الشيخ أبي زيد المروزى لانه طاهر لا ضرر فيه

Artinya : "Bolehkah menelan air mani yang suci ? Ada dua pendapat, dan yang benar dan masyhur bahwasa-nya itu tidak halal karena menjijikkan, seperti Firman Allah SWT : 'Dan mengharamkan bagi mereka segala sesuatu yang buruk.' Sedang menurut Asy-Syaikh Abi Zaid Al-Marwazi menghukumi boleh karena air mani adalah barang suci dan tidak ada bahaya didalam-nya."

Adapun rasa air mani sendiri kata-nya bervariasi, tergantung makanan yang dikonsumsi.

Selain air mani dan air madzi, ada lagi yakni 'Air Wadi'. Air Wadi itu adalah cairan kental seperti mani tapi keluar-nya biasanya sehabis buang air kecil atau karna kelelahan yang berat, dan keluar-nya pun tak disertai dengan rasa kenikmatan, serta status hukum-nya adalah najis seperti hal-nya madzi.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Hukum Gaya 69 (18+)."

Oleh : Al-Ustadz Tsabit Abi Fadhil. 

Mengenai persoalan 'Seks', kita membahas-nya sebagai seks edukasi (pembelajaran). Gaya 69 adalah gaya Simbiosis Mutualisme dalam mengulum (me-'nyepong'). Suami mengulum (menjilat) kemaluan istri, dan istri mengulum (me-'nyepong') kenaluan suami.

Bagaimana hukum-nya ? Apakah diperbolehkan ?

Bahwasa-nya Jima' itu memiliki batasan, yakni jima' itu boleh dengan gaya atau posisi apa saja selain anal (memasukkan kemaluan lelaki ke lubang pantat perempuan), tidak menyakiti pasangan, dan tidak dalam keadaan sedang haidh atau nifas.

Maka konsekuensi-nya adalah boleh saja jima' dengan gaya 69 ini dipakai, tetapi dengan catatan tidak menelan 'Madzi'.

Adapun aroma kemaluan perempuan memiliki variasi aroma, seperti hal-nya aroma air mani, ada kala-nya asin, apek, dan sebagai-nya. Itu semua tergantung bagaimana perawatan-nya.

Maka sebelum melakukan aktifitas 'Gaya 69' seperti ini ada baik-nya mencuci alat kelamin masing-masing terlebih dahulu, baik-nya gunakan daun sirih.

Mari kita lihat fatwa 'ulama yang berkenaan dengan hal ini :

• Asy-Syaikh Zainuddin Al-Malaibari :

 ( تتمة ) يجوز للزوج كل تمتع منها بما سوى حلقة دبرها ولو بمص بظرها

Artinya : "Boleh bagi suami menikmati semua jenis aktivitas seks dari istri-nya selain pada lingkaran dubur-nya, meskipun dilakukan dengan menghisap klitoris-nya." [Kitab Fathul Mu'in, Juz 3, Hal.340].

• Asy-Syaikh Al-Bahuthi :

قال القاضي يجوز تقبيل فرج المرأة قبل الجماع

Artinya : "Qadhi Ibnu Muflih berkata : 'Boleh mencium kemaluan isteri sebelum bersetubuh.'" [Kitab Kasysyaful Qana', Juz 5, Hal.17].

• Asy-Syaikh Al-Haththab :

وقد روي عن مالك أنه قال لا بأس أن ينظر إلى الفرج في حال الجماع وزاد في رواية ويلحسه بلسانه

Artinya : "Disebutkan riwayat dari Al-Imam Malik, bahwasa-nya beliau berkata : 'Tidak apa-apa melihat kemaluan saat bersetubuh.' Ditambahkan dalam riwayat lain : 'Serta menjilat kemaluan tersebut dengan lidah-nya.'" [Kitab Mawahibul Jalil, Juz 5, Hal.23].

• Al-Imam Al-Qurthubi :

وقد قال أصبغ من علمائنا : يجوز له أن يلحسه بلسانه

Artinya : "'Ashbagh' salah satu 'ulama (Malikiyah) kami berkata : 'Boleh bagi-nya (seorang suami) menjilat-nya (kemaluan si istri-nya) dengan lidah-nya.'" [Kitab Tafsir Al-Qurthubi, Juz 12, Hal.232].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Kalimat Tahlil Al-Imam Assayyid Ahmad Bin Idris Al-Hasani (Thariqat Al-Idrisiyyah)."

Oleh : Al-Habib Muhammad Shulfi Bin Abu Nawar Alaydrus, S.Kom (Pimpinan Majlis Ta'lim Nurussa'adah, Joglo).

Kalimat Tahlil Al-Imam Assayyid Ahmad Bin Idris Al-Hasani (Thariqat Al-Idrisiyyah).

لا اِلَهَ اِلاّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ عَدَدَ مَا وَسِعَهُ عِلْمُ اللهِ

"Laa Ilaaha Illallaah Muhammadurrasuulullaa, Fii Kulli Lamhatin Wa Nafasin 'Adada Maa Wasi'ahu 'Ilmullaah."

Artinya : "Bahawasa-nya tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad itu adalah pesuruh (utusan) Allah, pada setiap kerlipan mata dan nafas sebanyak bilangan ilmu Allah."

Al-Imam Assayyid Ahmad Bin Idris Al-Hasani (Thariqat Al-Idrisiyyah) pernah bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, Rasulullah SAW telah berkata kepada-nya (didalam mimpi beliau tentang dzikir ini) : 'Aku telah menyimpan-nya (tahlil khusus di diatas) untuk mu, wahai Ahmad !! Tidak aku berikan walau seorang pun sebelum kamu, ajarkanlah ini kepada sahabat-sahabat mu supaya dengan-nya mereka dapat menandingi amalan orang-orang sebelum kamu.'

Silakan diamalkan amalan ini, dibaca setiap selesai shalat lima waktu sebanyak 3 kali (ada yang membaca 4 kali) atau lebih, wirid atau dzikir ini ada didalam Kitab Khulashah Madad Annabawi, karangan Guru Mulia Al-Habib Umar Bin Muhammad Bin Salim Bin Hafidz Ibn Asy-Syaikh Abu Bakar Bin Salim.

Adapun sanad muttashil (yang bersambung) kepada Al-Imam Ahmad Bin Idris Al-Hasani RA, sebagai berikut :

الفقير غزالي حسن سيراغر المنديلي عن الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن العلامة المحدث مسند العصر السيد عبد الرحمن الكتاني الادريسي الحسني عن والده الحافظ السيد محمد عبد الحي الكتاني عن الشيخ ابي اليسر فالح المهنوي والشيخ القاضي احمد بن الطالب بن سودة والشيخ المعمر عبد الهادي ابن العربي العواد ثلاثتهم عن العارف بالله الشيخ محمد بن علي السنوسي الخطابي عن مؤسس الطريقة الادريسية الامام العارف بالله السيد احمد بن ادريس المغربي الحسني رضي الله عنه

***

Saya (M.Ghozali Siregar) mendapatkan ijazah amalan tersebut dari Gurunda Al-Habib Muhammad Shulfi Bin Abu Nawar Alaydrus, S.Kom (Pimpinan Majlis Ta'lim Nurussa'adah, Joglo).

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.