Jumat, 10 April 2020

"Hukum Mendengar Suara Wanita."

Oleh : Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA (Mu'assis Yayasan Al-Mu'afah, Jln.Tipar Cakung).

Al-Imam Assuhrawardi, didalam Kitab Awariful Ma'arif, pada Bab ke-23 menyebutkan :

اتّفق أَصْحَاب الشَّافِعِي أَن الْمَرْأَة غير الْمحرم لَا يجوز الِاسْتِمَاع إِلَيْهَا سَوَاء كَانَت حرَّة أَو مَمْلُوكَة مكشوفة الْوَجْه أَو من وَرَاء حجاب

Artinya : "Para pengikut Madzhab Syafi'i menegaskan bahwa lelaki tidak boleh mendegarkan suara perempuan yang bukan Mahram, baik perempuan itu orang merdeka atau budak, baik fisik wanita itu terlihat atau dibalik hijab."

Adapun menurut Al-Imam Tajuddin Assubki, didalam Kitab Thabaqatul Kubra, Jilid VIII, Hal.341 :

وَالْمَشْهُور فِي الْمَذْهَب الْمُصَحح عِنْد الْمُتَأَخِّرين أَن الِاسْتِمَاع إِلَى الْأَجْنَبِيَّة مَكْرُوه غير محرم

Artinya : "Menurut pendapat Masyhur dalam Madzhab Syafi'i yang telah ditashhih (revisi) oleh 'ulama terkemudian menyatakan bahwa seorang lelaki mendengarkan suara perempuan Ajnabiyah (bukan mahram) adalah Makruh bukan Haram."

Pendapat Makruh diatas, bila secara pasti suara wanita tersebut tidak menimbulkan fitnah. Jika menyebabkan fitnah seperti dapat membangkitkan birahi kaum lelaki atau sebagai-nya maka Haram secara mutlak.

[Dikutip ulang dari Kitab Ittihaful Amajid Binafa'isil Fawa'id, karangan Al-Qadhi Abu Munyah Assakunji Attijani, Jilid II, Hal.253].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar