Selasa, 30 Juli 2019

"Mati Syahid Dengan Menyembunyikan Perasaan Cinta Dan Rindu."

Mencintai lawan jenis merupakan hal yang alami dan normal. Agama pun mengatur-nya dengan cara menikah bagi yang sudah memenuhi kriteria.

Disisi lain, lelaki atau perempuan yang sedang mencintai orang lain, namun belum waktu-nya untuk menikah, maka dianjurkan untuk memendam sementara perasaan-nya. Bahkan, jika sampai meninggal dunia (mati), maka orang tersebut dikategorikan sebagai orang yang mati Syahid.

Al-Imam Khatib Al-Baghdadi, meriwayatkan sebuah hadits yang berbunyi demikian :

من عشق فعف فكتم فمات مات شهيدا.

"Man 'Asyiqa Fa'affa Fakatama Famaata Maata Syahiidaan."

Artinya : "Orang yang merindu, namun mengekang diri (menyembunyikan rasa Cinta dan Rindu-nya), kemudian mati, itu tergolong mati Syahid."

Artinya, hadits diatas menjelaskan mengenai pengorbanan seorang pemuda atau pemudi yang berusaha menjaga kesucian cinta-nya dengan tidak bermaksiat dan mengumbar rasa cinta-nya pada orang yang dicintai, karna ia merasa belum mampu atau belum waktu-nya menikah. Orang yang memendam rasa cinta seperti ini, kemudian dia merasakan beban bathin hingga meninggal dunia (mati), maka itu tergolong sebagai orang yang mati Syahid.

Menurut Assayyid Ahmad Bin Ash-Shiddiq Al-Ghumari, didalam Kitab Darul Dhu'fi 'An Hadits Man 'Asyiqa Fa'affa, menguatkan kualitas hadits diatas.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Sentimen Keilmuan 'Ulama Masjidil Haram Kepada Asy-Syaikh Nawawi Bin Umar Albantani."

Oleh : Muhammad Lutfi.

Intelektualisme Pesantren (2003), baik seri pertama maupun kedua, ada sebuah kisah yang menarik perihal sentimen keilmuan yang terjadi antara 'ulama asli Haramain dengan 'ulama Nusantara yakni Asy-Syaikh Nawawi Bin Umar Albantani. Peristiwa ini menyebabkan Syaikh Nawawi Albantani dideportasi dari Haramain.

Kisah ini ada didalam Prolog buku 'Intelektualisme Pesantren' (2003), yang dituturkan oleh K.H.M.Tholhah HasanKisah-nya seperti ini, Asy-Syaikh Nawawi Bin Umar Albantani memang sangat fenomenal.

Konon, Beliau pernah dideportasi dari Haramain lantaran ada sentimen 'ulama asli Haramain atas prestasi dan karir Akademis Syaikh Nawawi Albantani sebagai pengajar di Masjidil Haram.

Singkat cerita, kepulangan Beliau ke Jawa (Banten) sempat membuat resah penguasa (Imam) daratan Haramain saat itu yakni Asy-Syaikh Aun Arrafiq, yang membawahi dan memiliki Otoritas dalam penunjukan pengajar dan Imam di Masjidil Haram. Keresahan Syaikh Aun Arrafiq ini lantaran banyak-nya desakan dari para pelajar di Haramain yang menghendaki agar Syaikh Nawawi Albantani diperbolehkan mengajar mereka kembali.

Saking besar-nya desakan itu, akhir-nya Syaikh Nawawi Albantani dipanggil kembali dengan persyaratan Beliau mampu menjawab pertanyaan yang dirumuskan para 'ulama Haramain yang tercantum dalam suatu surat panggilan.

Menurut penuturan Asy-Syaikh Mushlih Al-Maraqi, murid dari Asy-Syaikh Yasin Bin Isa Alfadani, dalam surat panggilan yang berisi satu halaman itu disebutkan bahwa Syaikh Nawawi Albantani harus bisa menjawab pertanyaan seputar makna Gramatikal dan Leksikal dari kata 'La-siyama'.

Alhasil, surat panggilan itu, oleh Syaikh Nawawi Albantani dibalas dengan lima belas halaman, hanya untuk menjabarkan secara tuntas tentang asal-usul kata, kedudukan I'rab, sekaligus makna dari kata 'La-siyama' tersebut.

Surat balasan Syaikh Nawawi Albantani itu kemudian diuji oleh banyak 'ulama Haramain. Walhasil, para 'ulama Haramain mengakui bahwa Syaikh Nawawi Albantani memang menguasai ilmu keislaman secara Multidisipliner, sehingga karya-karyanya layak disejajarkan dengan karya-karya 'ulama Timur Tengah. Beliau pun diangkat kembali menjadi pengajar di Masjidil Haram dalam kuliah madzhab Syafi'i.

Semenjak peristiwa itulah, kepopuleran  Syaikh Nawawi Albantani semakin meroket. Bukan hanya pelajar Nusantara yang membanjiri setiap kuliah-nya, tapi para pelajar dan 'ulama Timur Tengah juga banyak yang berguru kepada-nya.

Bukan hanya berhenti disitu, pada era-nya, Syaikh Nawawi Albantani juga pernah direpresentasikan sebagai Pioner Madzhab Syafi'i yang disegani oleh 'ulama dunia.

https://alif.id/read/mukhammad-lutfi/kisah-syekh-nawawi-al-bantani-dideportasi-dari-haramain-b221442p/

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Menjaga Dan Menghormati Mushaf Al-Qur'an."

Oleh : Dr.Abdi Kurnia Djohan, SH, MH (Dosen Pasca Sarjana di Universitas Indonesia [UI] dan Wakil Sekretaris LDNU 2015-2020).

قال الإمام النووي رحمه الله تعالى فى التبيان :

Berkata Al-Imam Annawawi Rahimahullah Ta'aalaa didalam Kitab Attibyaan Fii Adabi Hamalatil Qur'an :

أجمع المسلمون على وجوب صيانة المصحف واحترامه.

"Ummat Islam telah sepakat mengenai kewajiban menjaga dan menghormati Mushaf Al-Qur'an."

وقال أصحابنا وغيرهم ولو ألقاه مسلم والعياذ بالله تعالى فى القاذورات، صار الملقي كافرا.

"Kawan-kawan kami ('Ulama madzhab Syafi'i) dan para 'ulama lain, berpendapat, (bahwa) seandai-nya seorang Muslim membuang Mushaf Al-Qur'an ke tempat yang penuh dengan kotoran --kami berlindung kepada Allah dari perbuatan ini--, maka orang yang melakukan-nya dihukumi Kafir (keluar dari Islam)."

قالوا ويحرم توسده، بل توسد آحد كتب العلم حرام.

"Mereka juga berpendapat, 'Haram menjadikan Mushaf sebagai bantal. Tidak itu saja, menjadikan satu dari Kitab-Kitab Ilmu sebagai bantal juga dihukumi Haram.'"

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Senin, 29 Juli 2019

"Qashidah Shalawat Mudhariyyah."

Membaca Shalawat Mudhariyyah mengimbangi pahala membaca Dala'ilul Khairat tiga atau sepuluh kali, sebagaimana dikatakan oleh Al-Habib Ahmad Bin Hasan Al-Athos.

Dan Shalawat ini merupakan karya Al-Imam Bushiri sampai dengan kalimat (قَدْ شَعْشَعَ الْقَمَرُ), adapun yang setelah-nya adalah tambahan dari Al-Habib Muhammad Bin Husein Al-Habsyi.

Dan Malaikat berkata tatkala sampai pada kalimat tersebut : "Berhentilah!! Sesungguh-nya kami belum selesai mencatat pahala-nya sampai sekarang."

[Kitab Fawaidul Mukhtarah : 220].

Disebutkan dalam Kitab Bughya Ahl Al-Ibadah Wa Al-Aurad Syarh Ratib Qutb Zamanih Al-Haddad, karya Al-Habib Alwi Bin Ahmad Al-Haddad :

"Dikisahkan Al-Imam Bushiri menyusun Shalawat ini dipinggir pantai. Ketika sampai pada syair ke-34 yang berbunyi, 'Tsummash-Shalatu'alal Mukhtari Ma Thala'at, Syamsunnahari Wa Ma Qad Sya'sya'al Qamaru'. Tiba-tiba dari tengah laut datang seorang laki-laki yang berlari diatas air menghampiri-nya sambil berdiri dihadapan-nya sambil berkata, 'Cukup, akhirilah Shalawat mu sampai bait ini, karena kamu telah membuat lelah para Malaikat yang mencatat keutamaan pahala Shalawat ini.'"

Qasidah dapat didownload pada link ini : https://drive.google.com/file/d/1ZlRdgpmEiVjP12LkNRbYUEBgxJfBGssT/view?usp=drivesdk

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Sabtu, 27 Juli 2019

"Pengelolaan Kulit Qurban Dan Upah Tukang Jagal."

Oleh : K.H.Ma'ruf Khozin (Direktur Aswaja NU Center, Jawa Timur).

Pengelolaan Qurban dijelaskan dalam Hadits berikut :

ﻋﻦ ﻋﻠﻲ، ﻗﺎﻝ : ﺃﻣﺮﻧﻲ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻥ ﺃﻗﻮﻡ ﻋﻠﻰ ﺑﺪﻧﻪ، ﻭﺃﻥ ﺃﺗﺼﺪﻕ ﺑﻠﺤﻤﻬﺎ ﻭﺟﻠﻮﺩﻫﺎ ﻭﺃﺟﻠﺘﻬﺎ، ﻭﺃﻥ ﻻ ﺃﻋﻄﻲ اﻟﺠﺰاﺭ ﻣﻨﻬﺎ، ﻗﺎﻝ : ﻧﺤﻦ ﻧﻌﻄﻴﻪ ﻣﻦ ﻋﻨﺪﻧﺎ

Dari Ali, ia berkata : 'Rasulullah SAW memerintahkan kepada saya untuk mengurusi Qurban Beliau. Nabi memerintahkan untuk menyedekahkan daging-nya, kulit-nya, dan tidak tidak memberikan ongkos jagal dari hewan Qurban. Kami memberi ongkos dari kami sendiri.'

[H.R.Muslim].

Hari ini hampir yang menjadi kendala beberapa Masjid, yang menjadi panitia adalah mengenai masalah kulit hewan, sementara orang yang berqurban tidak menyerahkan uang untuk biaya operasional penyembelihan. Solusi-nya disampaikan oleh Asy-Syaikh Nawawi Albantani :

ويحرم أيضا جعله أي شيء منها أجرة للجزار لأنه في معنى البيع ولوكانت الأضحية تطوعا فان أعطى للجزار لا على سبيل الأجرة بل على سبيل الصدقة لم يحرم

Artinya : "Haram menjadikan hewan Qurban sebagai Upah bagi jagal, sebab sama seperti menjual, meskipun Qurban Sunnah. Jika memberikan kepada jagal sebagai Shadaqah maka tidaklah Haram."

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Jumat, 26 Juli 2019

"Wajibkah Mandi Jika Melahirkan Dengan Cara Operasi??"

A. Deskripsi.

Seorang ibu yang hendak melahirkan, memilih jalan operasi dengan alasan demi menjaga kesehatan.

B. Pertanyaan.

Masih wajib mandikah dia??

C. Jawaban.

Wajib menurut Imam Ramli.

D. Referensi.

Al-Bajuri, Juz I, Hal.74 :

فى الباجوري 1/74 مانصه  : أو ولدت من غير الطريق المعتاد فالذى يظهر وجوب الغسل أخذا مما بحثه الرملى.

[Sumber Bahtsul Masa'il NU (Nahdlatul 'Ulama)].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Hukum Raket Elekrik Pembunuh Nyamuk."

A. Deskripsi.

Tidaklah sesuatu yang baru jika kemajuan pengetahuan yang sarat akan teknologi-nya, telah banyak mewarnai dimensi kehidupan manusia, contoh-nya alat yang banyak beredar dewasa ini, berupa Raket Elektrik yang difungsikan sebagai alat pengusir atau bahkan pemusnah nyamuk. Dibalik fungsi praktis dan efektif-nya, ternyata alat ini menyimpan segudang permasalahan yang menuntut kita untuk mendiskusikan-nya.

B. Pertanyaan.

• Bagaimana tinjauan Fiqih tentang fungsi dasar Raket Elektrik diatas??

• Dalam konsep pencegahan dan pemusnahan hewan tertentu (seperti nyamuk), adakah barometer dan batasan-nya??

C. Jawaban.

• Makruh karena menyetrum adalah termasuk penyiksaan.

Catatan : Kalau banyak nyamuk dan tidak bisa diusir dengan obat nyamuk biasa maka hukum menggunakan Raket Elektrik adalah Boleh, dan kalau baterai-nya lemah (tidak langsung membunuh) maka Haram.

• Ada, yaitu konsep dari Hadits Nabi فأحسنوا القتلة, dengan tidak adanya Ta'dzib (penyiksaan).

D. Referensi.

شرح النووي على مسلم [ جزء 13 - صفحة 107 ]

عن شداد بن أوس قال: ثنتان حفظتهما عن رسول الله J قال ( إن الله كتب الإحسان على كل شيء فإذا قتلتم فأحسنوا القتلة وإذا ذبحتم فأحسنوا الذبح وليحد أحدكم شفرته فليرح ذبيحته )

وقوله صلى الله عليه وسلم فأحسنوا القتلة عام فى كل قتيل من الذبائح والقتل قصاصا وفى حد ونحو ذلك وهذا الحديث من الأحاديث الجامعة لقواعد الاسلام والله أعلم

الموسوعة الفقهية [ ج 2 ص116]

إحراق

التعريف : 1- الإحراق لغة مصدر أحرق أما استعماله الفقهي فيؤخذ من عبارات بعض الفقهاء أن الإحراق هو إذهاب النار الشيء بالكلية , أو تأثيرها فيه مع بقائه , ومن أمثلة النوع الأخير : الكي والشي. ( الألفاظ ذات الصلة) :2 – للإحراق صلة بألفاظ إصطلاحية كثيرة أهمها :ا- هو الإفناء, وهو أعم من الإحراق .ب- التسخين : وهو تعريض الشئ للحرارة فهو غير الإحراق .ج _ الغي وهو آخر درجات التسخين, ويختلف بإختلاف المادة المراد عليها , فهو غير الإحراق.

البجيرمي على الخطيب [ ج 4- ص 298 ]

(قوله وإذا قتلتم) أي قصاصا أو حدا إذ لا قتل في الشرع غير ذلك وقوله فأحسنوا القتلة يستثنى منه قتل قاطع الطريق بالصلب والزاني بالرجم لورود النص بذلك قيل ونحو حشرات وسباع والفواسق الخمس لأنها مؤذية وقيل خرجت بالنص فلا حظ لها في الإحسان وفيه نظر إذ جواز قتلها أو وجوبه لا ينافي إحسان كيفيته وإحسان القتلة إختيار أسهل الطرق وأخفها إيلاما وأسرعها إزهاقا وأسهل وجوه قتل الآدمي ضربه بالسيف في العنق, ولذا يكره قتل القمل والبق والبراغيث وسائرالحشرات بالنار لأنه من التعذيب وفي الحديث [ لا يعذب بالنار إلا رب النار ] قال الجزولي وابن ناجي وهذا مالم يضطر لكثرتهم فيجوز حرق ذلك بالنار لأن في تنقيتها بغير النار حرجا ومشقة ويجوز نشرها في الشمس قال الأقفهسي : وقتلها بغير النار بالقعص أي القصع والفرك جائز لقوله : وقد مثل عن حشرات الأرض تؤذي أحد فقال [ ما يؤذيك فلك أذيته قبل أن يؤذيك ] وما خلق للأذية فابتداءه في الأذية جائز إهـ شبرخيتي

الوافي [ ص 120 ]

ولذاك كره أكثر العلماء التحريق حتى في الهوام قال إبراهيم النخعي تحريق العقرب مثلة

ونهت أم الدرداء عن تحريق البرغوث بالنار وقال أحمد لا يشوي السمك في النار وهو حي وقال الجراد أهون لأنه لا دم له .

بغية المسترشدين [ ص 259 ]

(مسألة ك) روى أبوداود أنه J نهى عن قتل أربع من الدواب النملة والنحلة والهدهد والصرد والمعروف حمل النهي على النمل الكبير السليماني الطويل الذي يكون في الخراب فيحرم قتله على المعتمد إذ الأصل في النهي التحريم وخروجه عنه في بعض المواضع إنما هو بدليل يقتضيه أما النمل الصغير المسمى بالذر فيجوز بل يندب قتله بغير الإحراق لأنه مؤذ فلو فرض أن الكبير دخل البيوت وآذى جاز قتله. اهـ. قلت ونقل العمودي في حسن النجوى عن شيخه ابن حجر أنه إذا كثر المؤذي من الحشرات ولم يندفع إلا بإحراقه جاز. إهـ.

إسعاد الرفيق [ ج2- ص100 ]

( و ) منها (إحراق الحيوان ) بالنار سواء كان مأكولا أو غيره صغيرا أو غيره للحديث الصحيح "إني كنت أمرتكم أن تحرقوا فلانا وفلانا بالنار, وإن النار لا يعذب بها إلا الله فإن وجدتموهما فاقتلوهما" . قال ابن مسعود d رأى رسول الله J قرية نمل أي مكانها قد حرقناها فقال من حرق هذه ؟ قلنا نحن . فقال رسول الله J إنه لا ينبغي أن يعذب بالنار إلا ربها, فهو حرام مطلقا ( إلا إذا تعين ) الإحراق بها ( طريقا في دفع ) عنه . قال في الزواجر : وهو من الكبائر على الإطلاق سواء كان مأكولا أو غيره صغيرا أو كبيرا كما في الروضة, -إلى أن قال- فالتعذيب بالنار كالتعذيب باتخاذها غرضا أو أشد اهـ.

Maraji' Jawaban 2 :

الححلي ( جزء 4 - ص 259 )

ومنه أي ماندب قتله القمل والبرغوث والبق والبعوض والزنبور .

شرح سلم التوفيق ( ص 74 )

(و) من معاص اليدين (المثلة أى التعذيب بالحيوان)كقطع أذنه.

إسعاد الرفيق [ ج 2- ص 130 ]

(و)منها (إتخاذ الحيوان غرضا) بالمعجمة ما ينصبه الرماة ويقصدون إصابته من نحو قرطاس لقوله J لعن من اتخذ شيئا فيه الروح غرضا وقول ابن عمر d وقد مر بفتيان نصبوا طيرا أو دجاجة يترامونه فلما رأوه تفرقوا :من فعل هذا ؟ لعن الله من فعل هذا إن رسول الله J لعن من اتخذ شيئا فيه الروح غرضا وقوله J من لا يرحم الناس لا يرحمه الله لن تؤمنوا حتى تراحموا قالوا يارسول الله كلنا رحيم قال إنه ليس برحمة أحدكم صاحبه ولكنها رحمة العامة ارحموا ترحموا واغفروا يغفر لكم. وعد في الزواجر اتخاذ الحيوان غرضا من الكبائر قال وهو صريح الحديث المار على أنه يؤدي إلى تعذيبه وتعذيبه الشديد لا شك في كونه كبيرة ثم رأيت جمعا أطلقوا أن تعذيبه كبيرة .

بغية المسترشدين [ ص 259 ]

(مسألة ك) روى أبوداود أنه J نهى عن قتل أربع من الدواب النملة والنحلة والهدهد والصرد والمعروف حمل النهي على النمل الكبير السليماني الطويل الذي يكون في الخراب فيحرم قتله على المعتمد إذ الأصل في النهي التحريم وخروجه عنه في بعض المواضع إنما هو بدليل يقتضيه أما النمل الصغير المسمى بالذر فيجوز بل يندب قتله بغير الإحراق لأنه مؤذ فلو فرض أن الكبير دخل البيوت وآذى جاز قتله. اهـ. قلت ونقل العمودي في حسن النجوى عن شيخه ابن حجر أنه إذا كثر المؤذي من الحشرات ولم يندفع إلا بإحراقه جاز. إهـ.

[Sumber Bahtsul Masa'il NU (Nahdlatul 'Ulama)].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Kamis, 25 Juli 2019

"Amalan Untuk Mendiamkan Balita Yang Rewel, Nangis, Sampai Menjerit-Jerit."

Oleh : Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA (Mu'assis Yayasan Al-Mu'afah, Jln.Tipar Cakung).

Hendak-nya tuliskan ketiga ayat ini dikertas yang sudah disediakan :

• و خشعت الأصوات للرحمن فلا تسمع إلا همسا

Artinya : "Dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kami tidak mendengar kecuali bisikan saja."

[Q.S.Thaha : 108].

• لو أنزلنا هذا القرآن على جبل لرأيته خاشعا متصدعا من خشية الله

Artinya : "Kalau sekira-nya kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah Gunung, pasti kamu akan melihat-nya tunduk terpecah-belah disebabkan ketakutan-nya kepada Allah."

[Q.S.Al-Hasyr : 21].

• و تحسبهم أيقاظا و هم رقود

Artinya : "Dan engkau mengira mereka itu tidak tidur, padahal mereka tidur."

[Q.S.Al-Kahfi : 18].

Setelah ditulis teks Arab ketiga ayat diatas, hendak-nya kertas tersebut ditempelkan ke tubuh balita (bocah; bahasa Betawi) yang sering menangis dan menjerit (jejeritan; bahasa Betawi), sambil mengucap :

اسكت بإسم الله

'Uskut Bi Ismillah.'

Artinya : "Diamlah (engkau) dengan nama Allah."

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Amalan Untuk Memudahkan Menyelesaikan Karya Tulis."

Oleh : Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA (Mu'assis Yayasan Al-Mu'afah, Jln.Tipar Cakung).

Pengarang Kitab Al-Burqatul Masyiqah Fii Dzikri Masyukhais Syari'ah Wal Haqiqah, Al-Muhaddits Assayyid Abil Fakhr Sanaduddin Ali Bin Asy-Syarif Al-Hasani, yang juga merupakan Guru dari Al-Faqir (Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA).

Beliau menyebutkan diantara amalan para 'Ulama agar diberikan kemudahan menyusun Kitab, telah teruji coba dari generasi terdahulu saat mereka membuat Muqaddimah (pendahuluan) karya ilmiah, mereka menyematkan ungkapan :

رب أعن و يسر يا كريم

'Rabbi A'in Wa Yassir Yaa Kariim.'

Artinya : "Yaa Allah, berikan pertolongan dan mudahkan, Wahai Yang Maha Dermawan."

Mujarrabat ini sangat cocok diamalkan bagi para pelajar, santri, mahasiswa untuk mendapat kemudahan menulis makalah, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, atau lain-nya.

[Dikutip dari Kitab Ittihaful Amajid Binafa'isil Fawaid, karangan Abu Munyah Assakunji Attijani, Jilid II, Hal.76].

***

Jikalau sudah rampung (selesai) karya tulis-nya, tulisan tersebut dihapus pun sudah tidak apa-apa.

Saya (Ghozali Hasan Siregar Almandili) mendapatkan Ijazah amalan ini dari Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA melalui pesan WhatsApp pada 25 Juli 2019, pukul 20:07 - 05:08 WIB.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Menyudahi Makan, Saat Terasa Nikmat – K.H.Cholil Nawawi (Sidogiri)."

Saat makan, bila sudah terasa nikmat, maka Almarhum Kiai Cholil Nawawi (Sidogiri) langsung berhenti. Soal keseharian-nya itu, Kiai Cholil tidak pernah bercerita. Sampai suatu ketika, Busyro, salah satu Khadam (pelayan/pembantu) Beliau menanyakan perihal tersebut.

'Saya khawatir nikmat saya habis didunia', jawab Kiai Cholil khawatir tidak dapat mencicipi nikmat Allah diakhirat.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Hukum Shalat Di Gereja Demi Toleransi."

Pertanyaan :

Bagaimana pandangan Fiqih tentang pelaksanaan shalat di Gereja jika dikaitkan dengan ada-nya Toleransi terselubung oleh pihak Gereja??

Jawaban :

• Masalah Khilaf :           

Menurut Madzhab Syafi'i, hukum-nya adalah Makruh dengan syarat tidak ada perkara yang menyebabkan Haram, seperti ada-nya gambar-gambar yang diagungkan oleh orang Kafir. Menurut satu riwayat dari Madzhab Hanbali hukum-nya tetap Makruh meskipun ada gambar-gambar yang diagungkan.

Referensi :

حواشي الشرواني  2/ 166 (شافعى) (دار صادر)

( و ) يكره تنزيها أيضا ( الصلاة في الحمام ) ...الى ان قال... ( والكنيسة ) وهي بفتح الكاف متعبد اليهود وقيل النصارى والبيعة وهي بكسر الباء متعبد النصارى وقيل اليهود ونحوهما من أماكن الكفر لأنها مأوى الشياطين ويحرم دخولها على من منعوه , وكذا إن كان فيها صورة معظمة كما سيأتي

قول المتن ( والكنيسة ) ولو جديدة فيما يظهر ويفرق بينها وبين الحمام أي على مختار النهاية بغلظ أمرها بكونها معدة للعبادة الفاسدة فأشبهت الخلاء الجديد بل أولى منه ع ش . ( قوله ونحوهما ) أي من كل ما يعظمونه ع ش ( قوله من منعوه ) أي على مسلم منعه أهل الذمة من الدخول مغني ( قوله ويحرم دخولها إلخ ) عبارة الكردي ومحل الكراهة كما في الإيعاب إن دخلها بإذنهم وإلا حرمت صلاته فيها ; لأن لهم منعنا من دخولها هذا إن كانوا يقرون عليها وإلا فلا إلخ ا هـ . ( قوله صورة معظمة ) أي لهم ع ش

الآداب الشرعية لابن مفلح الحنبلي 3/292 (حنبلي) (دار الكتب العلمية)

فصل ( دخول معابد الكفار والصلاة فيها وشهود أعيادهم ) . وله دخول بيعة وكنيسة ونحوهما والصلاة في ذلك وعنه , يكره إن كان ثم صورة , وقيل : مطلقا ذكر ذلك في الرعاية . وقال في المستوعب : وتصح صلاة الفرض في الكنائس والبيع مع الكراهة , وقال ابن تميم لا بأس بدخول البيع والكنائس التي لا صور فيها والصلاة فيها . وقال ابن عقيل : يكره كالتي فيها صور , وحكى في الكراهة روايتين . وقال في الشرح لا بأس بالصلاة في الكنيسة النظيفة روي ذلك عن ابن عمر وأبي موسى وحكاه عن جماعة , وكره ابن عباس ومالك الكنائس لأجل الصور وقال ابن عقيل : تكره الصلاة فيها ; لأنه كالتعظيم والتبجيل لها وقيل ; لأنه يضر بهم . ولنا { أن النبي صلى الله عليه وسلم صلى في الكعبة وفيها صور } ثم قد دخلت في عموم قوله عليه السلام { فصل فإنه مسجد . } متفق عليه انتهى كلامه .

الموسوعة الفقهية 12/128 (مقارن) (وزارة الأوقاف الكويتية)

الصور في الكنائس والمعابد غير الإسلامية : 69 - الكنائس والمعابد التي أقرت في بلاد الإسلام بالصلح لا يتعرض لما فيها من الصور ما دامت في الداخل . ولا يمنع ذلك من دخول المسلم الكنيسة عند الجمهور . وتقدم ما نقله صاحب المغني أن عليا رضي الله عنه دخل الكنيسة بالمسلمين , وأخذ يتفرج على الصور . وأن عمر رضي الله عنه أخذ على أهل الذمة أن يوسعوا أبواب كنائسهم , ليدخلها المسلمون والمارة . ولذا قال الحنابلة : للمسلم دخول الكنيسة والبيعة , والصلاة فيهما من غير كراهة على الصحيح من المذهب . وفي قول آخر للحنابلة , وهو قول الحنفية : يكره دخولها لأنها مأوى الشياطين . وقال أكثر الشافعية : يحرم على المسلم أن يدخل الكنيسة التي فيها صور معلقة .

الموسوعة الفقهية 20/246 (مقارن) (وزارة الأوقاف الكويتية)

دخول المسلم الكنيسة والبيعة : 12 - يرى الحنفية أنه يكره للمسلم دخول البيعة والكنيسة , لأنه مجمع الشياطين , لا من حيث إنه ليس له حق الدخول . وذهب بعض الشافعية في رأي إلى أنه لا يجوز للمسلم دخولها  إلا بإذنهم , وذهب البعض الآخر في رأي آخر إلى أنه لا يحرم دخولها بغير إذنهم . وذهب الحنابلة إلى أن للمسلم دخول بيعة وكنيسة ونحوهما والصلاة في ذلك , وعن أحمد يكره إن كان ثم صورة , وقيل مطلقا , ذكر ذلك في الرعاية , وقال في المستوعب : وتصح صلاة الفرض في الكنائس والبيع مع الكراهة , وقال ابن تميم . لا بأس بدخول البيع والكنائس التي لا صور فيها , والصلاة فيها . وقال ابن عقيل : يكره كالتي فيها صور , وحكى في الكراهة روايتين . وقال في الشرح . لا بأس بالصلاة في الكنيسة النظيفة روي ذلك عن ابن عمر وأبي موسى وحكاه عن جماعة , وكره ابن عباس ومالك الصلاة في الكنائس لأجل الصور , وقال ابن عقيل : تكره الصلاة فيها لأنه كالتعظيم والتبجيل لها , وقيل : لأنه يضر بهم .

رد المحتار لابن عابدين 1/410 (حنفي) (دار الفكر)

مطلب تكره الصلاة في الكنيسة [ تنبيه ] يؤخذ من التعليل بأنه محل الشياطين كراهة الصلاة في معابد الكفار ; لأنها مأوى الشياطين كما صرح به الشافعية . ويؤخذ مما ذكروه عندنا , ففي البحر من كتاب الدعوى عند قول الكنز : ولا يحلفون في بيت عباداتهم . وفي التتارخانية يكره للمسلم الدخول في البيعة والكنيسة , وإنما يكره من حيث إنه مجمع الشياطين لا من حيث إنه ليس له حق الدخول ا هـ قال في البحر : والظاهر أنها تحريمية ; لأنها المرادة عند إطلاقهم , وقد أفتيت بتعزير مسلم لازم الكنيسة مع اليهود ا هـ فإذا حرم الدخول فالصلاة أولى , وبه ظهر جهل من يدخلها لأجل الصلاة فيها .

حاشية الدسوقى على الشرح الكبير 1/208 (مالكي) (دار الكتب العلمية)

( وكرهت ) الصلاة ( بكنيسة ) يعني متعبد الكفار عامرة أو دارسة ما لم يضطر لنزوله فيها لكبرد أو خوف وإلا فلا كراهة ولو عامرة ( ولم تعد ) الصلاة بوقت ولا غيره بدارسة مطلقا كبعامرة اضطر لنزول بها كأن طاع وصلى على فرش طاهر وإلا أعاد بوقت على الأرجح وقيل لا إعادة أيضا

( قوله : يعني متعبد الكفار ) أي سواء كان كنيسة أو بيعة أو بيت نار ( قوله : بدارسة مطلقا ) أي سواء اضطر للنزول فيها أو نزلها اختيارا سواء صلى على فرشها أو فرش شيئا طاهرا وصلى عليه فهذه أربع صور في الدارسة لا إعادة فيها وذكر الشارح بعد ذلك في العامرة أربع صور ثلاثة لا إعادة فيها والرابعة فيها الإعادة على الراجح . وحاصلها أنها إذا كانت عامرة واضطر لنزوله بها فلا إعادة سواء صلى على فراشها أو فرش شيئا طاهرا وصلى عليه أو طاع بنزوله فيها وصلى على فراش طاهر وأما إذا نزلها اختيارا وصلى على أرضها أو على فراشها فإنه يعيد في الوقت على الراجح فجملة الصور ثمانية وهذه الصور الثمانية من جهة إعادة الصلاة التي صليت فيها وعدم إعادتها وأما من جهة كراهة الصلاة فيها وعدمها فالأحوال أربعة الكراهة إن دخلها مختارا كانت عامرة أو دارسة وإن دخلها مضطرا فلا كراهة عامرة كانت أو دارسة وما ادعاه عج من أن الظاهر من كلام ابن رشد كراهة الصلاة فيها إذا دخلها مضطرا فهو ممنوع إذ لم يذكر ذلك أحد عن ابن رشد وكيف يقول ابن رشد بالكراهة مع الاضطرار ويكون ذلك ظاهرا من كلامه والمضطر يغتفر له ما هو أعظم من هذا كيف ومالك قال في المدونة بالجواز هذا في غاية البعد انظر بن ( قوله : وإلا أعاد بوقت على الأرجح ) أي وهو قول مالك في سماع أشهب بناء على ترجيح الأصل على الغالب وحمل ابن رشد المدونة عليه لتكون الإعادة في هذا الباب على نمط واحد وقال به سحنون أيضا وقال ابن حبيب يعيد أبدا وهو مبني على ترجيح الغالب وهو النجاسة على الأصل ( قوله : وقيل لا إعادة أيضا ) أي وهو ظاهر المذهب كما في ح بناء أيضا على ترجيح الأصل وهو الطهارة على الغالب

[Sumber Bahtsul Masa'il NU (Nahdlatul 'Ulama)].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Selasa, 23 Juli 2019

"Apakah Al-Qur'an Latin Berstatus Mushaf??"

Deskripsi Masalah :

Dalam setiap penulisan surat maupun dalam lembaran surat kabar sering kita menemukan tulisan Asma'ul Mu'azham dalam huruf 'Ajami (Latin). Ironis-nya hal tersebut sering kita lihat berserakan ditempat-tempat yang tidak layak. Tentu-nya sebagai Insan pesantren kita harus merespon persoalan ini.

Pertanyaan :

Masih dihukumi Asma'ul Mu'azham-kah tulisan tersebut ketika ditulis dengan huruf Indonesia?? Jika masih dihukumi Asma'ul Mu'azham, siapakah yang patut disalahkan atas kejadian tersebut??

Jawaban :

Untuk Asma' Mu'azham yang berupa Al-Qur'an dan ditulis dengan huruf Latin, tetap dihukumi Mushaf atau Asma'ul Mu'azham menurut Imam Ramli.

Sedangkan untuk selain Al-Qur'an, belum terbahas.

Ibarat :

حاشية الجمل شرح المنهج الجزء الأول ص : 76
(فائدة) سئل الشهاب الرملي هل تحرم كتابة القرآن العزيز بالقلم الهندي أو غيره فأجاب بأنه لا يحرم لأنها دالة على لفظه العزيز وليس فيها تغيير له بخلاف ترجمته بغير العربية لأن فيها تغييرا وعبارة الإتقان للسيوطي هل يحرم كتابته بقلم غير العربي قال الزركشي لم أر فيه كلاما لأحد من العلماء ويحتمل الجواز لأنه قد يحسنه من يقرؤه والأقرب المنع انتهت والمعتمد الأول اهـ برماوي وعبارة ق ل على المحلي وتجوز كتابته لا قراءته بغير العربية وللمكتوب حكم المصحف في الحمل والمس انتهت اهـ.

[Sumber : Bahtsul Masail NU (Nahdlatul 'Ulama)].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Senin, 22 Juli 2019

"Hukum Beramal Dengan Hadits Dha'if (Lemah)."

Ada segenap orang yang membid'ahkan amal ibadah yang berdalilkan dengan Hadits Dha'if.

Pendapat yang macam begini adalah keliru kalau tidak akan dikatakan salah besar.

Hadits yang Dha'if bukanlah Hadits yang Maudu' (hadits dibuat-buat), tetapi hanya Hadits yang lemah sanad-nya, dan bukan Hadits yang tidak benar, bukan Hadits bohong, karena asal-nya tetap dari Nabi SAW juga. Hadits yang dikatakan Dha'if atau lemah ini ialah Hadits yang derajat-nya kurang sedikit dari Hadits Shahih atau Hadits Hasan.

Hal ini dapat dicontohkan umpama-nya kepada sebuah Hadits dari Nabi SAW, kemudian turun kepada Mansur, turun lagi kepada Zaid, turun lagi kepada Khalid, dan akhir-nya turun kepada Ibnu Majah atau Abu Dawud.

Ibnu Majah atau Abu Dawud membukukan Hadits itu didalam kitab-nya.

Kalau orang yang bertiga tersebut, yaitu Mansur, Zaid, dan Khalid terdiri dari orang baik-baik, dengan arti baik perangai-nya, shaleh orang-nya, tidak pelupa akan hafalan-nya, maka Hadits-nya itu dinamai Hadits Shahih.

Tetapi kalau ketiga-nya atau salah seorang dari pada-nya terkenal dengan akhlak-nya yang kurang baik, umpama-nya pernah makan dijalanan, pernah buang air kecil berdiri, pernah suka lupa akan hafalan+nya, maka Hadits-nya dinamai Hadits Dha'if (lemah).

Pada hakikat-nya Hadits yang semacam ini adalah dari Nabi SAW juga, tetapi 'Sanad-nya' kurang baik. Bukan Hadits-nya yang kurang baik.

Ada lagi yang menyebabkan Hadits itu menjadi Dha'if, ialah hilang salah seorang daripada Perawi-nya.Umpama-nya seorang Tabi'in yang tidak berjumpa dengan Nabi mengatakan, 'Berkata Rasulullah', padahal ia tidak berjumpa dengan Nabi.

Hadits ini dinamai Hadits Mursal, yaitu Hadist yang dilompatkan ke atas tanpa melalui jalan yang wajar. Hadits ini ialah Dha'if juga.

Dan banyak lagi yang menyebabkan dan membuat sesuatu Hadits menjadi Dha'if atau lemah.

Tentang memakai Hadits Dha'if untuk dijadikan dalil, terdapat perbedaan pendapat diantara Imam-Imam Mujtahid, yaitu :

[1]. Dalam Madzhab Syafi'i, Hadits Dha'if tidak dipakai untuk dalil bagi Penegak Hukum, tetapi dipakai untuk dalil bagi 'Fadhailul A'mal'. Fadhailul A'mal maksud-nya ialah amal ibadah yang Sunnah-Sunnah, yang tidak bersangkut dengan orang lain, seperti dzikir, do'a, tasbih, wirid, dan lain-lain. Hadits Mursal tidak dipakai juga bagi Penegak Hukum dalam Madzhab Syafi'i, karena Hadits Mursal juga Hadits Dha'if. Tetapi dikecualikan Mursal-nya seorang Tabi'in bernama Said Ibnul Musayyab.

[2]. Dalam Madzhab Hambali lebih longgar. Hadits Dha'if bukan saja dipakai dalam Fadhailul A'mal, tetapi juga bagi Penegak Hukum, dengan syarat Dha'if-nya itu tidak keterlaluan.

[3]. Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad memakai Hadits yang Dha'if karena Mursal, baik untuk Fadhailul A'mal maupun bagi Penegak Hukum.

Nah, disini nampak bahwa Imam-Imam Mujtahid memakai Hadits-Hadits Dha'if untuk dalil, karena Hadits itu bukanlah Hadits yang dibuat-buat, tetapi hanya lemah saja sifat-nya.

Karena itu tidaklah tepat kalau amal-amal ibadah yang berdasarkan kepada Hadits Dha'if dikatakan Bid'ah, apalagi kalau dikatakan Bid'ah Dhalalah.

[Buku 40 Masalah Agama, Jilid III, Karangan K.H.Siradjuddin Abbas].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Mengamalkan Sunnah Dengan Adab."

Oleh : Al-Habib Ali Zainal Abidin Bin Abdurrahman Al-Jufri.

Melaksanakan Sunnah harus sesuai dengan waktu, tempat, dan keadaan. Sekarang banyak yang semangat mengamalkan Sunnah, tapi tidak mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengamalkan-nya. Hanya modal semangat tanpa didasari dengan Ilmu.

Didalam sebuah Majlis-nya Asy-Syaikh Muhammad Al-Ghazali ('Ulama besar Al-Azhar Asy-Syarif), saat Beliau sedang menyampaikan pelajaran, duduklah salah satu murid yang setiap waktu terus bersiwak. Ia duduk tepat didepan Syaikh Ghazali.

Murid itu terus menggerakkan siwak dimulut-nya. Sesekali ia biarkan siwak itu menempel dimulut-nya, lalu kembali bersiwak dan menggerakan-nya kekanan dan kekiri.

Akibat tindakan-nya yang 'Sunnah' tersebut, konsentrasi Syaikh Ghazali menjadi terganggu. Gerakan-nya terlalu sering, hingga membuyarkan fokus.

Syaikh Ghazali lalu berkata, 'Nak, tolong sudahi siwak mu. Kamu mengganggu konsentrasi ku.'

Dengan nada tinggi dan penuh keyakinan karena menjalankan Sunnah, si murid menjawab, 'Wahai Guru, ini Sunnah Nabi. Apakah engkau mengingkari Sunnah??'

Syaikh Ghazali dan semua jama'ah terkejut atas jawaban murid tadi.

Namun dengan tenang Beliau berkata, 'Wahai anak ku, mencabut bulu ketiak juga Sunnah, apakah kamu akan mencabut-nya dimajlis ini??'

Se-isi ruangan pun tertawa hingga membuat si murid sadar bahwa tindakan-nya tersebut kurang tepat.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Minggu, 21 Juli 2019

"Kencinglah Seusai Bersenggama, Demi Kesempurnaan Mandi Janabat."

Oleh : Al-Habib Muhammad Shulfi Bin Abu Nawar Alaydrus, S.Kom (Pimpinan Majlis Ta'lim Nurussa'adah, Joglo).

قال له سيدي ذات يوم : اقض صلاة ثلاثة أيام، فقلت له ولم ذلك؟؟ قال لأنك أتيت أهلك اليوم الفلاني واغتسلت ولم تبل، و بعد الغسل بلت فخرج مع البول باقي المني فصلاتك من ذلك اليوم باطله. هذا قوله او كما قال.

[حلاوة القرطاس وجواهر الأنفاس، ص ١٨١].

Suatu hari ada seseorang bertamu kepada Al-Habib Abu Bakar Bin Abdullah Al-Athos (Guru dari Al-Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsyi, Seiwun). Lalu Habib Abu Bakar berkata kepada tamu tersebut, 'Ulangi lagi shalat mu selama tiga hari.'

Tamu tersebut sontak kaget, karena dia merasa selama ini shalat-nya sah.

'Kenapa aku harus mengulangi shalat ku??'

Maka Habib Abu Bakar menjelaskan kepada tamu-nya dengan Ilmu yang telah Allah SWT berikan kepada Beliau (Kasyaf), 'Karena kamu telah mendatangi istri mu (bersenggama/behubungan badan) dihari itu, lalu kamu mandi dan kamu tidak kencing terlebih dahulu. Dan setelah mandi janabat kamu kencing, maka keluarlah bersamaan dengan kencing mu itu 'Mani' yang tersisa didalam, yang menyebabkan shalat mu dari saat itu tidak sah.'

Note : Dianjurkan setelah bersetubuh dan sebelum mandi janabat hendak-nya kencing terlebih dahulu.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Hadits Larangan Fanatik Buta."

Dari Jubair Bin Muth'im RA, Rasulullah SAW bersabda :

ليس منا من دعا إلى عصبية، و ليس منا من مات على عصبية

Artinya : "Bukan termasuk golongan kami, orang yang mengajak kepada Fanatisme. Dan bukan termasuk golongan kami, orang yang mati karna Fanatisme."

[Hadits Shahih, Riwayat Muslim (1850), Abu Dawud (5121). Dan Annasa'i, Juz VII, Hal.123].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Ayat-Ayat Sajdah."

Ayat-Ayat 'Sajdah' yang menyebabkan 'Sujud Tilawah' jika membaca atau mendengar-nya terdapat pada 15 tempat, yaitu :

[1]. Q.S.Al-A'raf : 206.
[2]. Q.S.Arrad : 15.
[3]. Q.S.Annahl : 50.
[4]. Q.S.Al-Israa' : 109.
[5]. Q.S.Maryam : 58.
[6]. Q.S.Al-Hajj : 18.
[7]. Q.S.Al-Hajj : 77.
[8]. Q.S.Al-Furqan : 60.
[9]. Q.S.Annaml : 26.
[10]. Q.S.Assajdah : 15.
[11]. Q.S.Shaad : 24.
[12]. Q.S.Fushshilat : 38.
[13]. Q.S.Annajm : 62.
[14]. Q.S.Al-Insyiqaq : 21.
[15]. Q.S.Al-'Alaq : 19.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Risalah Untuk Al-Imam Husein Ibn Al-Imam Ali."

Oleh : Abuya Al-Habib Abu Bakar Bin Hasan Al-Athos Azzabidi (Tanah Baru, Depok).

التاريخ : ٩ محرم ١٤٤٠ هجرية

"Aku menulis surat kecil ini, dengan tangab yanh penuh noda dan dosa.

السلام عليك يا أبا عبدالله

Berbahagialah engkau Wahai Imam Husein, engkau telah menjalani apa yang telah dijanjikan Allah dan Rasul mu, bahwa engkau akan mengakhiri hidup mu dibumi Karbala, nama yang disebut oleh Allah, nama yang disebut oleh Rasul, nama yang disebut oleh Jibril, bahkan nama yang dibisikkan Ibu mu, yakni Fathimah kepada saudari mu yakni Zainab.

Berbahagialah segenggam tanah yang suci, dari tangan Yang Maha Suci, ke tangan Jibril yang suci, ke tangan Rasul yang suci, ke tangab Ayah dan Ibu mu yang selalu disucikan Allah Rabbul 'Aalamiin.

Bahkan Yunus Bin Matta AS, sering datang untuk mencium dan memegang tanah yang akan ditempatkan jasad mu wahai putra Fathimah, juga Isa AS berjalan dari Masjid Al-Aqsa ke Nainawa hanya untuk mencium tanah yang akan dibaringkan-nya jasad mu.

Berbahagialah wahai Imam Husein putra Rasul, Allah telah mengabadikan lima nama dalam Surat Al-Ahzab, sesungguh-nya keinginan Allah, bukan keinginan para Nabi, bahkan bukan keinginan para Malaikat untuk membersihkan kalian wahai keluarga Rasulullah, dari segala noda sebersih-bersihnya, bahkan Datuk mu Rasulullah telah memohon kepada Allah, agar Allah mencintai orang-orang yang mencintai mu wahai putra Fathimah.

Terimalah Risalah ku ini wahai putra Ali, wahai putra Fathimah, semoga Allah dan Rasul, Ayah dan Ibu mu dan engkau sendiri, meridhai aku dan keluarga, sebagai orang yang mencintai mu, dan aku memohon berikanlah syafa'at mu untuk orang-orang yang mencintai mu. Aamiin, Yaa Rabbal 'Aalamiin.

Berbahagialah wahai putra Rasul, berbahagialah wahai putra Ali, berbahagialah wahai putra Fathimah."

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Yang Tak Berpuasa, Hormati Yang Berpuasa."

Dijelaskan didalam Kitab Fathul Mu'in, pada Hamisy I'anatuth-thalibin :

ان الكفار مخاطبون بفروع الشريعة كالمسلمين عندنا.

Artinya : "Bahwa orang-orang Kafir itu dikhitab (dijatuhi ketetapan) dengan Furu' Syari'at, seperti juga hal-nya orang-orang Muslimiin pada madzhab kita."

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Shalawat Gubahan Al-Habib Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf (Gresik)."

Oleh : Al-Ustadz Ahmad Syafi'i Hadianto (Pemerhati Sejarah dan Kolektor Peninggalan-Peninggalan Al-Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi [Kwitang]).

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم صل على سيدنا محمد قمر الوجود في هذا اليوم و في كل يوم و في يوم الموعود سرا و جهرا في الدنيا و الأخرى و على آله و صحبه و سلم.

'Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidinaa Muhammadin Qamaril Wujuudi Fii Hadzal Yaumi Wa Fii Kulli Yaumin Wa Fiil Yaumil Mau'uudi Sirraan Wa Jahraan Fiiddunyaa Wal Ukhraa, Wa 'Alaa 'Aalihi Wa Shahbihi Wa Sallam.'

Berkata Syaikhinaa Al-Habib Muhammad Bin Umar Bin Syahab, Beliau dapatkan langsung dari Guru Beliau, yakni Al-Habib Quthbul Ghauts Sayyidinaal Imam Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf.

Siapa yang melazimkan membaca Shalawat tersebut, Insyaa Allah niat-nya akan Allah kabulkan.

Bacalah selepas shalat fardhu (lima waktu) sebanyak 10 atau 11 kali. Lalu kirimkan Surat Al-Fatihah untuk para 'Auliya dan Shalihiin, khusus-nya Al-Habib Al-Quthb Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Hadits Larangan Memelihara Kuku."

Diriwayatkan dari Sayyidinaa Ali Bin Abi Thalib RA, Rasulullah SAW bersabda :

قلم أظفارك فإن الشيطان يقعد على ما طال منها

Artinya : "Keratlah (potong) Kuku engkau, sesungguh-nya setan memiliki hobi duduk bermain pada Kuku yang panjang."

[Kitab Musnad Al-Firdaus, Imam Addailami].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Sabtu, 20 Juli 2019

"Khasiat Do'a Untuk Pengarang Kitab."

Oleh : Dr.Abdi Kurnia Djohan, SH, MH (Dosen Pasca Sarjana di Universitas Indonesia [UI] dan Wakil Sekretaris LDNU 2015-2020).

Diantara adab para santri didalam membaca Kitab karya para 'Ulama yang sudah wafat adalah dengan membaca kalimat do'a berikut ini :

قال الشيخ المؤلف رحمه الله تعالى و ادام النفع به و بركة علومه في الدارين.

'Qaala Asy-Syaikhul Mu'allifu Rahimahullaahu Ta'aalaa Wa Adaamannaf'a Bihi Wa Barakata 'Uluumihi Fiiddaaraini.'

Artinya : "Berkata Asy-Syaikh Sang Penulis Kitab, semoga Allah mengucurkan rahmat kepada-nya, serta melanggengkan manfaat bagi-nya, dan melanggengkan barakah semua ilmu-nya didunia dan akhirat."

Kalimat do'a itu merupakan awal dari membaca Kitab, dengan harapan semoga Allah menurunkan kepahaman bagi orang yang membaca dan mendengarkan-nya.

Ini yang rupa-nya dimaksud oleh Almaghfurlah Gurunda Kiai Hasyim Muzadi sebagai ilmu yang mendatangkan hidayah.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Persyaratan Menjadi Imam Shalat."

Didalam shalat berjama'ah, hal yang tidak boleh luput untuk diperhatikan adalah menentukan Imam. Sebab apa?? Sebab, jikalau Imam-nya tidak memenuhi syarat, bisa jadi shalat berjama'ah kita tertolak, tiada diterima oleh Allah Ta'aalaa.

Seperti contoh-nya, tidak akan diterima (tertolak) shalat-nya orang yang paham (mengerti) ilmu tajwid dan fasih membaca Al-Fatihah dari segi 'Makharijul Huruf' dan panjang-pendeknya Huruf menjadi makmum-nya orang yang tidak fasih membaca Al-Fatihah dengan 'Makharijul Huruf', Tajwid, dan panjang-pendeknya huruf.

Menurut Abul Laits Assamarkandi, didalam Kitab Tanbihul Ghafilin, ada 10 kriteria atau syarat menjadi Imam shalat agar menjadi sempurna :

[1]. Mampu membaca Al-Qur'an dengan baik, tidak boleh ada kekeliruan didalam bacaan.
[2]. Takbiratul Ihram harus yakin dan benar.
[3]. Harus menyempurnakan rukuk dan sujud.
[4]. Menjauhkan diri dari perkara 'Syubhat'.
[5]. Menjaga tubuh dan pakaian dari kotoran dan najis.
[6]. Tidak boleh membaca Surat yang terlalu panjang, kecuali sudah ada kesepakatan dengan Makmum.
[7]. Tidak boleh merasa bangga pada diri sendiri ('Ujub).
[8]. Istighfar kepada Allah sebelum shalat.
[9]. Selesai shalat seorang Imam tidak boleh berdo'a untuk diri sendiri.
[10]. Membantu 'Musafir' yang membutuhkan bantuan.

و قال المالكية : يقدم بعد الاسن الاشرف نسبا ثم الاحسن صورة ثم الاحسن اخلاقا ثم الاحسن ثوبا.

[كتاب جواهر الاكليل، جزء ١، صفحة ٨٣].

Menurut Madzhab Maliki : "Yang lebih tua lebih dikedepankan menjadi Imam, kemudian yang lebih baik nasab-nya, kemudian yang lebih tampan, kemudian yang lebih berakhlaq, kemudian yang lebih bagus pakaian-nya."

[Kitab Jawaahirul Ikliil, Juz I, Hal.83].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Hikmah Menatap Langit."

Didalam Kitab Al-Hikmah Fii Makhluqatillah, Hal.17, Darul Ihya'il Ulum, Al-Imam Ghazali menerangkan :

و قي ل: في النظر إلى السماء عشر فوائد : تنقص الهم، و تقلل الوسواس، و تزيل وهم الخوف، و تذكر الله، و تنشر في القلب التعظيم لله، و تزيل الفكر الرديئة، و تنفع لمرض السوداء، و تسلي المشتاق، و تؤنس المحبين، و هي قبلة دعاء الداعين.

Artinya :

"Dikatakan, bahwa memandang Langit itu memiliki 10 faidah, yaitu :

[1]. Mengurangi kesedihan.
[2]. Meminimalisir rasa was-was.
[3]. Menghilangkan perasaan takut.
[4]. Bisa membuat ingat kepada Allah.
[5]. Dapat mengembangkan pengagungan terhadap Allah dalam hati.
[6]. Menghilangkan fikiran rendah.
[7]. Bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit 'Melankolia' (depresi berat).
[8]. Bisa menghibur orang yang sedang rindu.
[9]. Menyenangkan orang-orang yang mencintai.
[10]. Sebagai kiblat bagi orang-orang yang berdo'a."

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Do'a Membakar Jin."

Al-Imam Al-Ghazali (wafat tahun 505 H) didalam Kitab Al-Aufaq menyebutkan kaifiat yang telah teruji coba untuk mengusir Jin dari tubuh seseorang dengan cara membacakan Do'a Tahshin dibawah ini pada sebuah wadah (gelas atau botol) yang berisi air putih :

بسم الله أمسينا، بسم الله أصبحنا، بسم الله الذي ليس كمتله شيء يمتنع به، وبقوة الله التي لا ترام ولا تضام، وبسلطان الله المنيع نحتجب، وباسماء الله كلها نعوذ بالله العظيم من البلية، ومن الشياطين المتمردين ومن شياطين الانس والجن اجمعين، ومن شر كل مغلق ومفتح ومن شر مايخرج بالليل ويكمن بالنهار ويكمن بالليل ويخرج بالنهار ومن شر ماخلق وبرأ وذرأ ومن ابليس اللعين وجنوده واتباعه ومن شر ما يتقي أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم ومن شر ما خلق
بسم الله الرحمن الرحيم
وَالصَّافَّاتِ صَفًّا (1) فَالزَّاجِرَاتِ زَجْرًا (2) فَالتَّالِيَاتِ ذِكْرًا (3) إِنَّ إِلَهَكُمْ لَوَاحِدٌ (4) رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَرَبُّ الْمَشَارِقِ (5) إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ (6) وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ (7) لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ (8) دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ (9) إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ (10)

Setelah itu air tersebut diminumkan separuh-nya kepada orang yang kerasukan (kemasukan) Jin dan separuh-nya lagi dicipratkan atau diusapkan ke wajah dan bagian tubuh-nya.

Dengan izin Allah Ta'aalaa, Jin itu akan keluar, jika tidak maka ia akan hangus terbakar.

[Dikutip ulang dari Kitab Ittihaful Amajid Binafa'isil Fawa'id, karangab Al-Qadhi Abu Munyah Assakunji Attijani, Jilid II, Hal.253].

Sedangkan didalam Kitab Al-Muhimmaat, do'a ini dinisbatkan kepada Al-Habib Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf, do'a ini dibacakan pada air, lalu air-nya dibasuhkan ke wajah, dan diminum sebagian-nya (sisa-nya).

دعاء لإحراق الجن، للحبيب القطب أبي بكر بن محمد السقاف رحمه الله تعالى.

• يقرأ في الماء ثم يغسل به وجهه و يشرب منه.

"بسم الله أمسينا، بسم الله أصبحنا، بسم الله ليس كمثله شيء يمتنع، و بقوة الله التي لا ترام و لا تضام، و بسلطان الله المنيع نحتجب، و بأسماء الله الحسنى كلها، نعوذ بالله العظيم من البلية و نت الشياطين المتمردين، و من شياطين الجن و الإنس و من شر كل مغلق و منتثر، و من شر ما يخرج بالليل و يكمن بانهار و يكمن بالليل و يخرج بانهار، و من شر ما خلق و برأ و ذرأ، و من إبليس اللعين و جنوده و أتباعه و من شر ما يتقى، أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم و من شر ما خلق. بسم الله الرحمن الرحيم، و ٱصفت صفا [١] فٱلزجرت زجرا [٢] فٱلتليت ذكرا [٣] إن إلهكم لوحد [٤] رب السموت و الأرض و ما بينهما و رب المشرق [٥] إنا زينا السماء الدنيا بزينة الكواكب [٦] و حفظا من كل شيطن مارد [٧] لا يسمعون إلى الملإ ٱلأعلى و يقذفون من كل جانب [٨] دحورا و لهم عذاب وا صب [٩] إلا من خطف الخطفة فأتبعه، شهاب ثاقب [١٠]."

[Kitab Al-Muhimmaat, karangan Al-Habib Abdurrahman Bin Hasan Al-Habsyi (Pimpinan Majlis Ta'lim Al-Badr, Jln.Otista, Jatinegara), Hal.127-129].

***

Saya mendapatkan Ijazah-nya dari Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA (Mu'assis Yayasan Al-Mu'afah), melalui pesan WhatsApp, pada 11 April 2020, pukul 13:12 - 17:17 WIB.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Do'a Li Jalbirrizqi, Dibaca Saat Shalat Sunnah Witir."

Do'a untuk mendatangkan rezeki, dibaca 3 kali diakhir sujud Shalat Witir (boleh dibaca setelah salam Shalat Witir).

Saya dapatkan teks do'a ini dari kiriman foto selembaran yang dikirimkan oleh seorang anggota grup WhatsApp Fokjap ICI Kwitang (Forum Komunikasi Jama'ah Dan Pecinta ICI Kwitang). Yang mana selembaran tersebut dikeluarkan oleh Pondok Pesantren Al-Kifahi Ats-Tsaqafi.

فائدة : دعاء لجلب الرزق يدعو به المصلى آخر سجوده فى الوتر ثلاث مرات.

بسم الله الرحمن الرحيم.

الحمدلله رب العالمين، اللهم صل و سلم على سيدنا محمد و على ال سيدنا محمد. اللهم إني أسألك ياالله، ياالله، ياالله أنت الرحمن الرحيم. يا غياث المستغيثين أغثني، أغثني، أغثني. يا حنان يا منان أدركني، أدركني. يا رزاق أرزقني، أرزفني. كهيعص، حم، عسق، بحق طمغان طمغان آه آه آه إجلب لي القلوب و سخرها و اجلب لي الرزق من كل مكان و كل إنسان بفضل بسم الله الرحمن الرحيم، بحق لإسم الأعظم الخفي الظاهر منه و مابطن و الباطن منه و ماظهر إجلب لنا رزقنا و سهله علينا من كل مكان و كل إنسان بألف ألف لا حول و لا قوة إلا بالله العلي العظيم. اللهم إنك قلت و أنت أصدق القائلين فابتغوا عند الله الرزق و نحن نعلم أنك أنت خلقتنا و خلقت لنا رزقا. اللهم لا تشغلنا بسببه و لا تتعبنا فى طلبه يا رب العالمين، و صلى الله على سيدنا محمد و على اله و صحبه و سلم.

Note : Bagi para jama'ah Muslimiin dan Muslimaat yang ingin mendapatkan penjelasan dan Ijazah langsung dari Al-Habib Umar Bin Abdurrahman Assegaf (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Kifahi Ats-Tsaqafi, Bukit Duri, Tebet), dipersilahkan datang ke pengajian rutin mingguan.

Majlis Ta'lim Al-Kifahi Ats-Tsaqafi :

[1]. Untuk kaum Bapak dan Remaja Putra : Hari Sabtu Pagi, pukul 10:00 WIB.

[2]. Untuk kaum Ibu dan Remaja Putri : Hari Minggu Pagi, pukul 10:00 WIB.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Khasiat 'Al-Fatihah' Dan 'Shalawat Al-Fatih' Untuk Penyembuhan."

Oleh : Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA (Pimpinan Yayasan Al-Mu'afah, Jln.Tipar Cakung).

Ambil air dibotol atau dibejana, lalu niatkan untuk kesembuhan dengan membaca Al-Fatihah 3 kali, Shalawat Al-Fatih 3 kali, kemudian hadiahkan untuk Rasulullah SAW dengan mengatakan :

هذه هدية بفضل الله مني اليك يا رسول الله صلى الله عليك و سلم نيابة عن سيخنا احمد التجاني رضي الله عنه.

'Hadzihi Hadiyyatun Bifadhlillaahi Minnii Ilaika Yaa Rasulullahi Shallaallaahu 'Alaika Wa Sallama, Niyaabatan 'An Syaikhinaa Ahmad Attijaanii Radhiyallaahu 'Anhu.'

Ditutup dengan membaca do'a :

اللهم اني أسألك بلطفك الخفي الذي اذا لطفت بعبد : شفي، و كفي، و عفي.

'Allahumma Innii As'aluka Biluthfikal Khafiyyilladzii Idzaa Lathafta Bi'abdin : Syufiya, Wa Kufiya, Wa 'Ufiya.'

Lalu tiup air botol tersebut. Kemudian berikan minum kepada orang sakit.

***

Saya (Ghozali) mendapatkan Ijazah dari Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA melalui pesan WhatsApp, pada 18 Desember 2018, pukul 15:36 - 19:52 WIB.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Amalan Agar Memperoleh Derajat Dan Wibawa Yang Tinggi."

Oleh : Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA (Pimpinan Yayasan Al-Mu'afah, Jln.Tilar Cakung).

Assayyid Maul Ainain Bin Fadhil Asy-Syinqithi, menyatakan, 'Siapa saja yang konsisten membaca (يا مجيد) 'Yaa Majiid' setiap selesai Shalat Shubuh sebanyak 99 kali, setelah itu dia tiupkan satu tiupan ke kedua telapak tangan-nya, kemudian dia usapkan muka-nya dengan kedua telapak tangan tersebut, maka ia akan Allah berikan kemuliaan, wibawa, dan dicintai oleh masyarakat.'

Lihat selengkap-nya : https://yayasanalmuafa.blogspot.com/2018/07/keutamaan-al-majiid-sayyid-maul-ainain.html?m=1

***

Saya (Ghozali) mendapatkan Ijazah amalan ini dari Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Albatawi, MA melalui pesan WhatsApp, pada 31 Desember 2018, pukul 15:02 - 15:29 WIB.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Amalan Menajamkan Mata Bathin (Indigo)."

Oleh : Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA (Pimpinan Yayasan Al-Mu'afah, Jln.Tipar Cakung).

Al-Imam Ahmad Bin Ahmad Azzarruq (wafat tahun 899 H), dalam Kitab Al-Maqshidul Asma Syarh Asma'illah Al-Husna, Hal.70, menyebutkan :

"Al-Bashir, salah satu nama ke-agungan Allah Ta'aalaa yang memiliki arti :

المدرك بكل موجود برؤيته

'Yang Maha Mendeteksi sinyal elemen segala sesuatu.'"

Keutamaan membaca 'Yaa Bashir';

• Siapa yang membaca-nya 500 kali  dihari kamis setelah melakukan Shalat Dhuha akan Allah ijabah do'a-nya.

• Siapa yang lazim membaca ditiap selesai Shalat Jumu'at 100 kali, niscaya Allah berikan 'Futuh' dan ketajaman pandangan hati serta kekuatan melakukan ibadah, baik melalui lisan dan perbuatan.

***

Saya (Ghozali) diberikan Ijazah amalan ini dari Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA melalui pesan WhatsApp, pada tanggal 3 Juli 2019, pukul 11:54 - 12:38 WIB.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Do'a Agar Anak Menjadi 'Ulama."

Oleh : Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA (Pimpinan Yayasan Al-Mu'afah, Jln.Tipar Cakung).

Do'a gubahan Assayyid Ahmad Nahwi Asy-Syinqithi :

احفظ إلهي (...) # و اجعله فينا قبسا

'Ihfazh Ilahii (sebut nama-nya) # Waj'alhu Fiinaa Qabasaa.'

'Yaa Allah jagalah anak ini (sebut nama-nya), jadikan cahaya untuk kami.'

مجددا ما اندرسا # من الهدى مؤسسا

'Mujaddidaan Mandarasaa # Minal Hudaa Mu'assisaa.'

'Sebagai pembaharu dan pembangun apa yang telah hilang, dari petunjuk.

صرح فخار قد رسا # بالعلم طاب مغرسا

'Sharha Fakhaarin Qad Rasaa # Bil 'Ilmi Thaaba Maghrisaa.'

'Menjadi mercusuar kebanggaan yang kokoh dengan ilmu dan produktif dengan karya yang harum.

قرة عين الجلسا # و السامعين الآنسا

'Qurrata 'Ainil Julasaa # Wassaami'iinal Aanisaa.'

'Menjadi penyejuk mata para teman dan orang yang mendengar, serta ramah.'

و أمه اكسها كسا # عناية و ملبسا

'Wa Ummuhuksuhaa Kisaa # 'Inaayatin Wa Malbasaa.'

'Anugerahkan Ibu-nya pertolongan dan pakaian yang melindungi-nya.'

و الأخ و الأب وسا # ئر البنين و احرسا

'Wal Akha Wal Aba Wasaa # Iral Baniina Wahrusaa.'

'Berikan juga perlindungan kepada saudara-nya, bapak-nya, dan seluruh anak lain-nya.'

***

Saya (Ghozali) mendapatkan Ijazah do'a ini dari Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA melalui pesan WhatsApp, pada tanggal 9 Juli 2019, pukul 16:53 - 19:55 WIB.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Bacaan Shalawat Ummiy, Dibaca Ba'da Shalat Ashar Dihari Jumu'at."

Nabi Muhammad SAW, bersabda :

من صلى صلاة العصر من يوم الجمعة فقال قبل أن يقوم من مكانه : اللهم صل على محمدن النبي الأمي و على آله و سلم تسليما ثمانين مرة غفرت له ذنوب ثمانين عاما، و كتبت له عبادة ثمانين سنة.

Artinya : "Siapa orang yang Shalat Ashar dihari Jumu'at, kemudian sebelum bangun dari tempat-nya lalu ia membaca, 'Allahumma Shalli 'Alaa Muhammadinin Nabiyyil Ummiyyi Wa 'Alaa Aalihi Wa Sallim Tasliimaan' sebanyak 80 kali, maka akan diampunkan bagi-nya dosa 80 tahun dan dicatat bagi-nya ibadah 80 tahun."

[H.R.Al-Baihaqi, didalam Kitab Irsyadul 'Ibad Ilaa Sabilirrasyad, karangan Asy-Syaikh Zainuddin Al-Malibari, Hal.58, Penerbit Darul Kutub Al-Islamiyah. Dan Kitab Afdhalush-shalawat 'Alaa Sayyidissadat, karangan Asy-Syaikh Yusuf Bin Ismail Annabhani, Hal.17, Penerbit Darul Kutub Al-Ilmiyah].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Menilik Hadits 'Cinta Tanah Air'."

Oleh : Dr.Abdi Kurnia Djohan, SH, MH (Dosen Pasca Sarjana di Universitas Indonesia [UI], dan Wakil Sekretaris LDNU 2015-2020).

Al-Imam Isma'il Bin Muhammad Bin Abdul Hadi Al-Ajluni Asy-Syafi'i didalam Kitab Kasyful Khifa', berpendapat bahwa hadits yang berbunyi :

حب الوطن من الإيمان.

Artinya : "Cinta Tanah Air bagian dari Iman."

Adalah hadits palsu.

Sedangkan Al-Imam Mula Ali Al-Qari Al-Hanafi Al-Maturidi berpendapat bahwa tidak ada relevansi yang erat diantara 'Iman' dengan 'Cinta Tanah Air.'

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Biografi 'Ulama : Al-Habib Ali Bin Ahmad Bin Zain Al-Aidid (Pulau Panggang)."

Disebelah Utara Jakarta terdapat gugusan Kepulauan yang terdiri dari 108 Pulau Kecil, disebut Kepulauan Seribu. Satu diantara-nya adalah Pulau Panggang, sekitar 60 km disebelah Utara kota Jakarta. Pulau seluas 9,0 hektare itu bisa dicapai dalam waktu kurang lebih 1 atau 2 hari dengan perahu layar pada zaman itu dari Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara.

Disanalah Al-Habib Ali Bin Ahmad Bin Zain Al-Aidid, yang juga dikenal sebagai Wali Keramat Pulau Panggang. Ia adalah 'Ulama dan Muballigh asal Hadhramaut yang pertama kali menyebarkan Islam di Pulau Panggang dan sekitar-nya. Pada abad ke-18 ia bertandang ke Jawa untuk berdakwah bersama dengan empat kawan-nya :

[1]. Al-Habib Abdullah Bin Muchsin Al-Athos (Keramat Empang Bogor).
[2]. Al-Habib Muhammad Bin Ahmad Al-Muhdhar, Bondowoso, Surabaya.
[3]. Al-Habib Muhammad Bin Idrus Al-Habsyi, Ampel, Surabaya.
[4]. Al-Habib Salim Al-Athos, Malaysia.

Almarhum Habib Ali ke Batavia (Jakarta), sementara ke-empat kawan-nya masing-masing menyebar ke kota-kota dan negeri diatas. Almarhum berdakwah dari Pulau Seribu sampai dengan wilayah Pulau Sumatera yaitu Palembang. Di Batavia, Almarhum Habib Ali bermukim di Kebon Jeruk dan menikah dengan Syarifah setempat, Syarifah Zahroh Binti Syarif Muchsin Bin Ja'far Al-Habsyi. Dari perkawinan-nya itu dikaruniai seorang putera bernama Hasyim Bin Ali Al-Aidid.

Suatu hari Almarhum mendengar kabar, disebelah Utara Jakarta ada sebuah Pulau yang rawan perampokan dan jauh dari Dakwah Islam, yaitu Pulau Panggang. Beberapa waktu kemudian ia memutuskan untuk mengunjungi Pulau tersebut. Ketika Almarhum sampai di Pasar Ikan hendak menyeberang ternyata tidak ada perahu. Maka ia pun bertafakkur dan berdo'a kepada Allah SWT, tak lama kemudian muncullah kurang lebih 1.000 ekor lumba-lumba menghampiri-nya. Ia lalu menggelar sajadah diatas punggung lumba-lumba tersebut, kemudian ikan lumba-lumba mengiring Beliau menuju Pulau Panggang. Demikianlah salah satu Karamah Almarhum Habib Ali, menurut cerita dari Al-Habib Abdullah Bin Muchsin Al-Athos kepada salah satu murid-nya, yakni Al-Habib Alwi Bin Muhammad Bij Thahir Al-Haddad bahwa setiap Almarhum Habib Ali hendak berdakwah, Beliau berdiri ditepi Pantai Pasar Ikan dengan mengangkat tangan sambil bermunajat kepada Allah SWT, maka datang ikan lumba-lumba kurang lebih 1.000 ekor mengiring Beliau disamping kanan, kiri, depan, dan belakang Beliau serta mengantar sampai ke tempat tujuan untuk berdakwah.

Sosok-nya sangat sederhana, cinta kebersamaan, mencintai fakir miskin dan anak yatim. Bisa dimaklumi jika dakwah-nya mudah diterima oleh warga Pulau Panggang dan sekitar-nya. Ia mengajar dan berdakwah sampai ke pelosok Pulau. Bahkan sampai ke Palembang, Singapura, dan Malaka.

Karamah lain-nya, suatu malam, usai berdakwah di Keramat Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, ia pulang ke Pulau Panggang. Ditengah laut, perahu-nya dihadang gerombolan perompak. Tapi, dengan tenang Almarhum Habib Ali melemparkan sepotong kayu kecil ke tengah laut. Ajaib, kayu itu berubah menjadi karang, dan perahu-perahu perompak itu tersangkut dikarang. Maka, berkat pertolongan Allah SWT itu, Almarhum Habib Ali dan rombongan selamat sampai dirumah-nya di Pulau Panggang.

Suatu malam, Beliau mendapat isyarat sebentar lagi ia akan wafat. Ketika itu sebenar-nya ia ingin ke Palembang, namun dibatalkan. Dan kepada santri-nya ia menyatakan, 'Saya tidak jadi ke Palembang.' Benar apa yang ia katakan, ke-esokan hari-nya, 20 Dzuqaidah 1312 H/1891 M, ia wafat, dan dimakamkan disebuah kawasan diujung Timur Pulau Panggang.

Suatu hari, warga Pulau Panggang diangkut ke Batavia dengan sebuah kapal Belanda, konon untuk dieksekusi. Beberapa perahu kecil berisi penduduk ditarik dengan rantai besi ke arah kapal Belanda yang membuang jauh-jauh dari Pantai. Mendengar kabar itu, Almarhum Habib Ali menangis, lantas berdo'a agar seluruh penduduk Pulau Panggang diselamatkan. Do'a-nya dikabulkan oleh Allah SWT. Rantai besi yang digunakan untuk menarik perahu berisi penduduk itu tiba-tiba putus, sehingga Belanda urung membawa penduduk ke Batavia.

Sesungguh-nya, jenazah Almarhum Habib Ali akan dibawa ke Batavia untuk diketemukan dengan istri dan anak-nya serta dimakamkan disana. Namun, ketika jenazah sudah berada diatas perahu yang sudah berlayar beberapa saat, tiba-tiba tiang layar perahu patah dan perahu terbawa arus kembali ke Pulau Panggang. Hal ini terjadi berturut-turut sampai tiga kali. Akhir-nya, penduduk kampung memaknai peristiwa itu sebagai kehendak Almarhum Habib Ali dimakamkan di Pulau tersebut. Ke-esokan hari-nya setelah Almarhum Habib Ali dimakamkan, beberapa orang dari penduduk Pulau Panggang memberi kabar kepada istri-nya, yakni Syarifah Zahroh Binti Syarif Muchsin Bin Ja'far Al-Habsyi, istri-nya menjawab, 'Ya, saya sudah tahu, Habib Ali tadi telah datang memberi kabar kepada saya tentang meninggal-nya dia dan dimakamkan di Pulau Panggang.'

Sampai saat ini makam tersebut bernama "Makam Keramat Habib Ali Bin Ahmad Al-Aidid" yang masih berdiri kokoh diwilayah RT.006, RW.03, Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.

Al-Habib Ali Bin Ahmad Al-Aidid adalah seorang 'Ulama yang langka, yang berani merintis dakwah dikawasan terpencil, dan berhasil. Demikianlah sekilas dari riwayat Al-Habib Ali Bin Ahmad Bin Zain Al-Aidid.

Note : Kisah ini bersumber dari cerita orang-orang tua (masyarakat Pulau Panggang) tempo dulu, Keluarga Besar-Keturunan Habib Ali Al-Aidid.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Peran Assayyid Al-Habib Yahya Bin Utsman Bin Yahya Untuk Pengibaran Bendera Merah Putih."

Oleh : Al-Ustadz Ahmad Syafi'i Hadianto (Pemerhati Sejarah Dan Kolektor Peninggalan-Peninggalan Al-Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi [Kwitang]).

Salah satu tokoh yang bersikeras di Majlis Islam Ala Indonesia (MIAI), yang meminta agar Bendera Merah Putih bisa dikibarkan, adalah Assayyid Yahya Bin Utsman Bin Abdullah Bin Aqil Bin Yahya, yang merupakan salah satu putra Habib Ustman Bin Yahya (Mufti Betawi).

Sayang-nya, Ketua MIAI pada waktu itu, Tuan Wondoamiseno mendapat tekanan dari pihak Jepang, agar tidak meminta pengibaran Bendera Merah Putih diberbagai tempat, yang pada akhir-nya MIAI dibekukan dan diganti dengan Masyumi.

Kegigihan para 'Ulama tetap ingin supaya Bendera bisa dikibarkan, yang pada akhir-nya, Assayyid Yahya membuat surat pernyataan agar Bendera Merah Putih bisa dikibarkan, surat itu ditandatangani oleh para tokoh 'Ulama, diantara-nya Dr.H.A.K.Amroellah, Al-Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi, KH.M.Mansoer, dan dari Masyumi adalah K.H.Wahid Hasyim.

Surat tersebut diserahkan kepada Tuan Shimizu yang pada akhir-nya sampai kepada para petinggi Jepang.

Atas usaha para 'Ulama itulah, pada akhir-nya Bendera bisa dikibarkan diberbagai tempat, dan ditahun 1944 resmi diadakan pertemuan untuk memperkuat Bendera Merah Putih sebagai Bendera Bangsa Indonesia.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Asal-Usul Istilah 'Halal Bihalal'."

Acara 'Halal Bihalal' itu sudah ada ditahun 1942, diadakan oleh Majlis Islam Ala Indonesia (MIAI).

Masih pakai ejaan lama 'Alal bihalal.'

Dari kata atau kalimat itu, 'Alal Bihalal' yang lalu, menjadi kata baku 'Halal Bihalal', menjadi Masyhur (populer) berkat acara tersebut. Sejak tahun 1942, bukan hanya Bing Slamet saja, bahkan banyak dari acara pada waktu Lebaran menggunakan kalimat 'Alal Bihalal.'

Istilah 'Halal Bihalal' itu pertama kali dipopulerkan oleh Bing Slamet (Assayyid Ahmad Syech Albarr) dan Kwartet Jaya-nya, karna dulu di RRI (Radio Republik Indonesia) ada pertunjukan Kwartet Jaya setiap Lebaran.

Dulu Bing Slamet tampil dengan Mang Dul dan Sam Saimun serta kawan lain-nya, yang merupakan cikal bakal Kwartet Jaya, sedangkan Kwartet Jaya itu baru ada ditahun 1960-an setelah masuk-nya Edi Sud.

Kalau sekarang (pada 'Iedul Fithri 2019 M) yang beredar itu, kata-nya (asal-usul Halal Bihalal) dari K.H.Wahab Chasbullah (atas permintaan Ir.Soekarno saat bertemu kepada Beliau), jelas itu kurang tepat.

Kata-nya 'Halal Bihalal' digagas pertama kali oleh K.H.Wahab Chasbullah ditahun 1948, ini keliru dan sebab diadakan-nya juga keliru. Kenapa ? Karna tahun 1948 Ir.Soekarno masih di Yogyakarta, dan itu waktu negara ini masih menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat). Dan tidak ada acara yang nama-nya 'Halal Bihalal.'

Dan begitu juga di Jakarta. Ir.Soekarno baru kembali ke Jakarta itu pada 28 Desember 1949 dibulan Maulid (9 Rabi'ul Awwal 1369 H), dan baru masuk Istana. Dan lagi-lagi belum ada acara tersebut (Halal Bihalal) diadakan. Dan berita 'Halal Bihalal' yang diadakan oleh pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat) baru diadakan ditahun 1950-an.

Dan yang awal mula mempopulerkan istilah itu (Halal Bihalal) adalah Bing Slamet, ditahun 1946.

Jadi setelah zaman Walisanga, yakni dizaman Sunan Ampel, Halal Bihalal baru diadakan lagi oleh MIAI (Majlis Islam Ala Indonesia) yang itu waktu dihadiri oleh pembesar Dai Nipon Jepang, Ir.Soekarno, dan Al-Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang). Dan baru ditahun 1950-an secara resmi RIS (Republik Indonesia Serikat) mengadakan acara tersebut di Istana.

Referensi :

• https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1126090537778855&substory_index=0&id=100011337598517

• https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1123167358071173&id=100011337598517

• https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1116394152081827&substory_index=2&id=100011337598517

• https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1115970988790810&id=100011337598517

***

Hasil tanya-jawab saya (Ghozali) dengan pemerhati Sejarah bernama Al-Ustadz Ahmad Syafi'i Hadianto (Ustadz Anto Djibril) melalui pesan WhatsApp pada tanggal 28 Juni 2019, pukul 11:27-15:47 WIB.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Nahdlatul 'Ulama (NU) Dulu Dan Sekarang – Dalam Pandangan K.H.Abul Fadhol Senori."

Didalam Kitab Addurul Farid, karangan K.H.Abul Fadhol Senori, Hal.506, Cetakan Al-Anwariyah (Sarang-Rembang) :

منها أن نهضة العلماء أوجبت فى أول أمرها ان يضرب الحجاب بين الرجال و النساء فى المجالس و المحافل و الآن لا حجاب و لا ستر بينهما

Artinya : "Diantara-nya, Nahdlatul 'Ulama pada masa awal memandang Wajib untuk meng-adakan Hijab (penghalang) diantara laki-laki dan perempuan, didalam majlis atau acara peringatan. Adapun sekarang (menurut masa-nya K.H.Abul Fadhol Senori) tidak ada Hijab (penghalang) atau penutup diantara laki-laki dan perempuan."

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Amalan Malam Jumu'at Untuk Orang Tua."

Dan telah diriwayatkan dari Rasulullah SAW, bahwa Beliau bersabda :

"فلله الحمد رب السموت و رب الأرض رب العالمين. و له الكبريآء في السموت و الأرض، و هو العزيز الحكيم.

'Falillaahil Hamdu Rabbissamawaati Wa Rabbil Ardhi, Rabbil 'Aalamiin. Wa Lahul Kibriyaa'u Fiissamawaati Wal Ardh, Wa Huwal 'Aziizul Hakiim.'

Kemudian berdo'a :

اللهم اجعل ثوابها لوالدي

'Allahummaj'al Tsawaabahaa Liwaalidayya.'

Tidak tersisa lagi hak-hak atas Orang Tua-nya, kecuali sudah ia lunasi."

Dan juga diriwayatkan bahwa Beliau SAW bersabda :

"Siapa yang berdo'a dimalam Jumu'at :

يا مليك، يا قدير، يا من لا شريك له، و لا وزير، صل على محمد النبي، و اغفر لي و لوالدي.

'Yaa Maliiku, Yaa Qadiiru, Yaa Man Laa Syariikalahu, Wal Awaziira, Shalli 'Alaa Muhammadin Nabiyyi, Waghfirlii Wa Li Waalidayya'

Maka ia telah melunasi hak-hak kedua Orang Tua-nya."

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Mengobati Impoten Dengan Daun Kemangi."

Oleh : Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA (Pimpinan Yayasan Al-Mu'afah, Jln.Tipar Cakung).

Abu Bakr Muhammad Bin Zakaria Arrazi (wafat 313 H), seorang Ilmuan Islam yang terkenal didunia Barat dengan sebutan 'Razhes' pakar Ilmu Kedokteran menyebutkan cara sederhana tapi terbukti dapat mengobati pria Impoten hingga menjadi 'Macho' (tulen) dan cepat 'Ngacengan' (tegak dzakar (batang kemaluan laki-laki)-nya dengan cara :

• Ambil segenggam Daun Badarudz (Ocimum Basilicum) yang kita kenal dengan Daun Kemangi, lalu tumbuk dan ampas tumbukan-nya borehkan pada batang kemaluan anda sambil diurut-urut dari pangkal-nya ke arah depan kepala dzakar sekitar 15 menit.

Bagi anda yang memiliki masalah 'Perabotan laki-laki' (kemaluan), terlebih lagi bagi yang sudah memiliki istri, tentu-nya tips ini sangat bermanfaat demi memberikan kepuasan Seksual istri anda.

Lakukanlah kaifiat (tata cara) diatas sebelum tidur, seminggu-tiga kali (3 × 7 hari).

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Jumat, 19 Juli 2019

"Haramkah Edit Foto Wajah Menjadi Tua?? (Aplikasi Face App, Ditahun 2019)."

Oleh : K.H.Ma'ruf Khozin (Direktur Aswaja NU Center, Jawa Timur).

Sebenar-nya edit foto dari muda terlihat tua hanya lucu-lucuan saja. Tapi lebih lucu jika ada yang mengharamkan edit wajah tua ini dengan dalil 2 ayat Al-Qur'an. Yakni dalam Al-Hujurat dan An-Nisa'.

Mari kita belajar memahami dalil sesuai dengan ilmu dan kaidah dalam ijtihad;

• Ayat ke-1 (Q.S.Al-Hujurat).

ﻓﻘﺎﻝ ﺗﺒﺎﺭﻙ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ : ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ اﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮا ﻻ ﺗﻘﺪﻣﻮا ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻱ اﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ.

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya."

ﺃﻱ ﻻ ﺗﺴﺎﺭﻋﻮا ﻓﻲ اﻷﺷﻴﺎء ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻳﻪ ﺃﻱ ﻗﺒﻠﻪ، ﺑﻞ ﻛﻮﻧﻮا ﺗﺒﻌﺎ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ اﻷﻣﻮﺭ

Artinya : "Yakni janganlah mendahului dalam segala hal dihadapan Nabi. Tapi jadilah pengikut Nabi dalam segala hal."

[Kitab Tafsir Ibnu Katsir].

Ayat ini tidak ada kaitan dengan mendahului kehendak Allah apalagi dalam masalah takdir dimasa depan.

• Ayat ke-2 (Q.S.An-Nisa').

ﻭﻵﻣﺮﻧﻬﻢ ﻓﻠﻴﻐﻴﺮﻥ ﺧﻠﻖ اﻟﻠﻪ، ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ : ﻳﻌﻨﻲ ﺑﺬﻟﻚ ﺧﺼﻲ اﻟﺪﻭاﺏ

Artinya : "Dan aku (setan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotong-nya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubah-nya. Siapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguh-nya ia menderita kerugian yang nyata."

Ibnu Abbas, berkata :  "Yakni mengebiri hewan."

[Kitab Tafsir Ibnu Katsir].

Merubah ciptaan Allah yang dilarang maksud-nya adalah secara fisik seperti menyambung rambut, melukis tubuh dll [H.R.Bukhari dan Muslim]. Bukan pada gambar.

Kalau edit foto menjadi wajah tua adalah Haram, maka mesti-nya semua bentuk edit juga Haram, karena merubah bentuk asli ciptaan Allah.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Do'a Agar Mudah Memahami Pelajaran."

Oleh : Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA (Pimpinan Yayasan Al-Mu'afah, Jln.Tipar Cakung).

Al-Imam Abul Fath Syihabuddin Muhammad Bin Ahmad Al-Absyihi (wafat tahun 852 H), dalam Kitab Al-Mustathraf Fii Kulli Fann Al-Mustazhraf, Jilid I, Hal.29, menyebutkan amalan untuk menguatkan hafalan dan memudahkan untuk memahami pelajaran dengan membaca :

بِسْمِ اللهِ، وَ سُبْحَانَ اللهِ، وَ الْحَمْدُ لِلهِ، وَ لَا إِلَهَ إِلَّا الله، وَ اللهُ اَكْبَرُ، لَا حَوْلَ وَ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيْمِ، اْلعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ، عَدَدَ كُلِ حَرْفٍ كُتِبَ وَيُكْتَبُ أَبَدَ الْآبِدِيْنَ، وَ دَهْرَ الدَاهِرِيْنَ.

Artinya : "Dengan menyebut Asma Allah, Maha suci Allah, segala puji milik Allah dan tiada tuhan selain Allah yang Maha Agung, tiada daya dan kekuatan selain atas pertolongan Allah Yang Maha Mulia Agung Luhur Lagi Maha Mengetahui sebanyak huruf yang telah tertulis dan yang akan ditulis sepanjang masa."

Amalan diatas hendak-nya dibaca sebelum belajar, yakni ketika mulai membuka Buku atau 'Ngebet' Kitab atau juga saat memegang Al-Qur'an. Siapa yang membaca amalan tersebut sebelum belajar, maka dengan izin Allah akan mendapat kemudahan memahami pelajaran dan menjadi orang memiliki hafalan kuat.

Amalan ini sangat cocok diamalkan oleh para Penuntut Ilmu, para Santri baik yang masih muda ataupun yang sudah tua untuk memperkaya hafalan ayat-ayat Al-Qur'an, Nazham Kitab, Matan Kitab, dan mudah memahami isi kandungan-nya.

Sedangkan redaksi dari Kitab Irsyaadul Anaam Fii Tarjamatin Arkaanil Islaam, karangan Assayyid Al-Habib Utsman Bin Abdullah Bin Aqil Bin Yahya (Mufti Betawi/Batavia), Hal.32 (halaman terakhir) :

"Inilah tasbih-nya, maka hendaklah dibaca dimana habis mengaji, faidah-nya; mana yang sudah dapat tiada lupa dan yang belum dapat mudah didapat-nya :

'سبحان الله، و الحمدلله، و لااله الاالله، و الله اكبر، عدد كل حرف كتب او يكتب ابد الابدين و دهر الداهرين.'"

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

"Do'a Hendak Meminum Kopi."

Oleh : Baginda K.H.Rizqi Dzulqarnain Ashmat Albatawi, MA (Pimpinan Yayasan Al-Mu'afah, Jln.Tipar Cakung).

Al-Hajjah Durriyah Khalil dalam Kitab Al-Fawaidul Ilahiyyah Al-Waridah 'An Khairil Bariyyah, Hal.133, menyebutkan bahwasanya telah diriwayatkan, pada suatu hari ada seorang 'Ulama dari Maroko yang sering bermimpi berjumpa Rasulullah SAW secara 'Yaqazhah' (sadar), bertanya, 'Yaa Rasulallah, aku ini penikmat berat minum Kopi. Do'a apa yang harus aku baca sebelum meminum Kopi??'

Rasulullah SAW menjawab :

اَلَّلهُمَّ اجْعَلْهَا نُوْراً لِبَصَرِيْ، وَعَافِيَةً لِبَدَنِي، وَشِفَاءً لِقَلْبِي، وَدَوَاءً لِكُلّ دَاءٍ، يَا قَوِيُّ يَا مَتِيْنُ.

Artinya : "Yaa Allah jadikanlah Kopi ini, sebagai cahaya bagi mata kami, dan jadikanlah kesehatan untuk badan kami. Dan jadikanlah penyembuh untuk penyakit hati kami. Dan jadikanlah sebagai obat untuk semua penyakit. Wahai Dzat Yang Maha Kuat."

Kemudian Rasulullah SAW berkata, 'Setelah membaca do'a itu hendak-nya kau baca 'Bismillah' dan minumlah Kopi tersebut.'

Beliau juga menyebutkan keutamaan membaca do'a diatas :

إن الملائكة تستغفر لك ما دام طعم القهوة في فمك.


Artinya : "Sesungguh-nya Malaikat akan memohonkan ampunan kepada Allah untuk mu selama bau Kopi masih semerbak pada mulut mu."

[Dikutip ulang dari Kitab Ittihaful Amajid Bi Nafaisil Fawaid, karangan Al-Qadhi Abu Munyah Assakunji Attijani, Jilid II, Hal.253].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.