Minggu, 14 Juli 2019

"Renungan Untuk Politisi : Tali Sarang Laba-Laba."

Didalam menegakkan keyakinan tentang Ke-esaan Allah didunia ini, seperti telah diterangkan sejak permulaan Surat Al-'Ankabut, baru saja 'Iman' dinyatakan, tantangan telah timbul. Kekafiran, kezaliman, kesewenangan, kefasikan akan berdiri dihadapan menyuruh berhenti!!

Dimana kita akan mencari sandaran?? Kemana kita akan bergantung?? Kekuatan yang paling tinggi hanya satu, yaitu kekuatan Allah. Adapun kekuatan yang lain, apapun jua macam barangnya, atau bagaimana pun gagah orangnya, namun di hadapan kekuatan Allah itu tidak ada arti!!

Itulah yang ditegaskan oleh Allah dalam ayat ini (Surat Al-'Ankabut : 41). Inilah suatu perumpamaan yang sangat tepat!! Karena dari Allah sendiri. Laba-laba membuat sarang dari getah ludah yang amat rapuh. Kekuatannya hanya pada sedikit getahnya, untuk menggetah mangsa yang lemah.

Tegasnya, bahwa orang yang berpengetahuan luas tidaklah mungkin menyembah kepada yang selain Allah. Tidaklah mungkin mereka mau berlindung ke payung bocor atau bergantung pada akar lapuk.

Banyak kita lihat manusia terpesona oleh kekuatan hukum dan kekuatan penguasa. Disangkanya bahwa kekuatan itu tidak akan terkalahkan, tidak akan jatuh selamanya.

Kadang-kadang yang memegang kekuasaan itu sendiri pun terpesona oleh kekuatan yang telah dipunyainya. Disangkanya akan dapat kekal dalam tangannya. Atau dia bersikeras mempertahankan kekuasaan itu dengan berbagai propaganda, diadakan bujukan bagi siapa yang suka tunduk, diancam dengan berbagai gertakan bagi siapa yang dikira hendak melawan. Tiba-tiba pada satu waktu yang tidak disangka, baik oleh dia atau oleh yang memujanya, kekuasaan itu hilang dipuput angin, sirna tidak meninggalkan kesan.

Manusia zaman jahiliyah menyembah berhala, menyembah batu dan kayu, menyembah kuburan dan keris, menyembah barang pusaka tua. Manusia dizaman modern menyembah penguasa diktator, menyembah ideologi partai, menyembah senjata, menyembah bank tempat simpanan emas. Kesudahannya gugur semua. Karena tidak ada tempat berlindung yang lebih kuat, lebih perkasa, lebih menjamin keselamatan, dari kekuatan Allah.

Maka didalam perjuangan, didalam berjihad menegakkan cita-cita dalam dunia ini, pegangan sejati orang yang beriman adalah Allah. Sebab itu bebaslah jiwa mukmin dari pengaruh alam ini seluruhnya, tidak ada yang mengikatnya. Dia naik menjurus kepada Allah semata-mata. Mukmin tidak percaya kepada segala macam kekuatan, kekuasaan, kebesaran, kecuali kepada Allah. Semuanya itu datang dari Allah, sesuai maksud Al-Baqarah : 256, bukan berpegang kepada tali sarang laba-laba.

[Abuya Prof.Dr.H.Abdul Malik Karim Amrullah, dalam 'Tafsir Al-Azhar', Jilid VI, Hal.676-677].

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar