Secara umum mengeluarkan suara saat shalat seperti mendehem, batuk, menguap, bersin, menangis, dan lain-lain tidak batal shalatnya asalkan tidak lebih dari dua huruf walaupun sengaja.
Sebagian pendapat bahkan menganggap tidak batal walaupun mengandung dua huruf. Adapun kalau suara itu timbul karena udzur dan diperlukan maka tidak batal secara mutlak.
Al-Imam Annawawi, dalam Al-Majmu', Hal.4/10, menyatakan:
وأما التنحنح فحاصل المنقول فيه ثلاثة أوجه: الصحيح الذي قطع به المصنف والأكثرون: إن بان منه حرفان بطلت صلاته، وإلا فلا. (والثاني): لا تبطل - وإن بان منه حرفان، قال الرافعي: وحكي هذا عن نص الشافعي. (والثالث): إن كان فمه مطبقاً لم تبطل مطلقاً وإلا فإن بان حرفان بطلت وإلا فلا. وبهذا قطع المتولي وحيث أبطلنا بالتنحنح فهو إن كان مختاراً بلا حاجة، فإن كان مغلوباً لم تبطل قطعاً، ولو تعذرت قراءة الفاتحة إلا بالتنحنح فيتنحنح ولا يضره، لأنه معذور، وإن أمكنته القراءة وتعذر الجهر إلا بالتنحنح فليس بعذر على أصح الوجهين، لأنه ليس بواجب
Artinya : "Dalam masalah mendehem ada tiga pendapat (dalam madzhab Syafi'i) :
Pertama, pendapat yang sahih yang diputuskan oleh Syairazi (penulis Al-Muhadzdzab) dan kebanyakan ulama Syafi'iyah adalah : 'Apabila mengandung dua huruf maka batal shalatnya, apabila tidak sampai dua huruf, tidak batal.'
Kedua, tidak batal walaupun mengandung dua huruf. Imam Rafi'i berkata : 'Ini berdasarkan dari teks Imam Syafi'i.'
Ketiga, apabila mulutnya tertutup maka tidak batal secara mutlak, apabila tidak tertutup maka dirinci apabila mengandung dua huruf batal, apabila tidak maka tidak batal. Ini pendapat Al-Mutawalli.
Pendapat yang membatalkan berdehem itu adalah apabila dalam keadaan normal tanpa adanya kebutuhan untuk melakukan itu.
Apabila ia terpaksa harus melakukannya maka tidak batal sama sekali. Apabila tidak bisa membaca Al-Fatihah kecuali dengan berdeham terlebih dahulu maka ia boleh melakukan itu dan tidak membatalkan shalat karena udzur.
Apabila ia dapat membaca Al-Fatihah tapi tidak bisa membaca dengan keras kecuali dengan berdehem terlebih dahulu maka itu tidak termasuk udzur menurut salah satu pendapat yang paling sahih karena bersuara keras itu tidak wajib."
Al-Isnawi ('ulama madzhab Syafi'i, wafat 772 H/1305 M) sebagaimana dikutip dalam Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah berpendapat sama :
وصوب الأسنوي عدم البطلان في التنحنح والسعال والعطاس للغلبة وإن كثرت إذ لم يمكن الاحتراز عنها. وقال الخطيب الشربيني محل الأول: يعني القول بالبطلان. مالم يصر السعال ونحوه مرضا ملازما له، أما إذا صار السعال ونحوه كذلك فإنه لا يضر كمن به سلس بول ونحوه بل أولى
Artinya : "Al-Isnawi membenarkan pendapat yang tidak membatalkan berdehem, batuk, bersin apabila tidak bisa dihindari walaupun banyak karena tidak bisa menghindari darinya.
Al-Khatib Al-Syarbini memilih pendapat pertama yakni batal shalatnya selagi adanya batuk dan sejenisnya itu tidak menjadi penyakit baginya. Apabila batuk dan sejenisnya itu menjadi penyakit maka tidak batal shalatnya sebagaimana orang yang menderita beser kencing bahkan itu lebih utama."
Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar