Selasa, 16 Juli 2019

"Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut Islam."

Membangun generasi itu butuh persiapan yang matang, karena Islam memiliki visi-misi yang besar untuk setiap keluarga muslim, dan visi-misi tersebut sudah disampaikan oleh Nabi Muhammad serta para sahabat-nya, bahkan diabadikan didalam Al-Qur'an Suratut Tahrim, ayat 21.

Dan salah satu bentuk persiapan dalam membangun generasi adalah mengetahui kewajiban orang tua pada anak-nya. Hal ini demi terwujud-nya harapan Rasulullah SAW untuk generasi kita.

Oleh sebab itu, kami akan menyebutkan kewajiban-kewajiban orang tua kepada anak-nya berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah.

Baiklah, langsung saja berikut kewajiban orang tua terhadap anak menurut Islam :

[1]. Memberi Nama Kepada Anak Yang Baru Lahir.

Inilah kewajiban orang tua terhadap anak yang pertama, adalah memberikan nama yang baik. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar RA, Nabi SAW bersabda :

"إِنَّ أَحَبَّ أَسمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبدُاللَّهِ وَ عَبدُ الرَّحْمَنِ"

Artinya : "Sesungguh-nya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman."

[H.R.Muslim, No.2132].

• Nama apa saja yang bagus untuk anak??

Sebagaimana hadits diatas, kita bisa memberikan nama anak-nya dengan nama Abdurrahman, Abdullah, nama Para Nabi, nama Para Sahabat, atau yang lain-nya, yang penting mengandung makna yang baik dan tidak menyimpang dari syariat.

[2]. Menyusui Anak.

Untuk yang satu ini adalah ditujukan pada Ibu-nya. Menyusui adalah bentuk interaksi anak dengan ibu-nya, dimana saat itu adalah waktu yang sangat tepat untuk mengajarkan hal-hal yang baik. Misal-nya mengenalkan Allah, mengenalkan Islam, atau bisa juga dibacakan Al-Qur'an (mengaji).

Perkataan-perkataan yang baik akan sangat berpengaruh bagi-nya meskipun si anak sendiri belum bisa bicara.

Dalil tentang menyusui ini ada didalam Al-Qur'an Surat Al-Ahqaf dan Al-Baqarah :

Allah berfirman, yang artinya : "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua-nya. Ibu-nya telah mengandung-nya dengan susah payah, dan melahirkan-nya dengan susah payah (pula). Mengandung-nya sampai menyapih-nya adalah tiga puluh bulan."

[Q.S.Al-Ahqaf : 15].

Allah juga berfirman : "Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan."

[Q.S.Al-Baqarah : 233].

[3]. Mendidik Anak.

Mendidik anak merupakan salah satu yang paling penting diantara kewajiban orang tua terhadap anak-nya. Saudara ku, ketahuilah bahwa semua dimulai dari pendidikan, bahkan pertama kali Islam turun pun membahas tentang pendidikan (membaca dan menulis -- Q.S.Al-Alaq : 1-2 -- ).

• Lalu pendidikan apa yang bagus untuk anak??

Mendidik anak yang baik adalah pendidikan secara Islami, dan bukan seperti pendidikan yang banyak dipercaya oleh orang-orang saat ini. Hari ini masyarakat sudah sangat akrab dengan model pendidikan barat yang Sekuler.

Bahkan banyak sekali yang beranggapan pendidikan Sekuler lebih maju atau lebih baik dibandingkan model pendidikan 1500 tahun yang lalu (pendidikan masa kejayaan Islam). Sehingga tidak sedikit juga orang tua yang takut meletakkan kedua kaki anak-nya dibangku sekolah yang berlabel lembaga Islam. Takut akan nasib sang anak didunia, sehingga memisahkan antara Islam dan Umum.

Maka untuk memenuhi kewajiban ini orang tua (khususnya Ayah sebagai pemimpin rumah tangga) harus mengacu dan melihat bagaimana Rasulullah SAW mendidik para sahabat dan generasi awal ummat Islam. Karena konsep tersebut telah terbukti melahirkan generasi terbaik, sampai-sampai Islam berhasil menguasai dunia dibeberapa abad. Jadi akan sayang sekali jika sistem terbaik yang panduan-nya langsung dari Allah malah dikesampingkan.

[4]. Menanamkan Karakter Iman Sejak Dini.

Jika hari ini banyak yang menciptakan dan merumuskan 'Pendidikan Karakter', maka Islam lebih dulu membuat-nya dan dinamakan sebagai 'Karakter Imani'. Terlebih lagi perencanaan kurikulum 'Pendidikan Karakter' yang dimiliki Islam bukan dari manusia, melainkan dari Allah Ta'aalaa atau bisa diartikan The Real Character Building.

Dalil kewajiban orang tua untuk menanamakan Karakter Iman pada anak ini tertulis dalam Hadits Jundub Bin Abdillah RA :

"عن جُنْدُبِ بن عبد الله قال : كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ونحن فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيماناً ) رواه ابن ماجة (61) والطبراني في المعجم الكبير (1678) والبيهقي في سننه الكبرى (5075) وهو حديث صحيح"

Dari Jundub Bin Abdillah, beliau berkata : "Dahulu kami ketika remaja bersama Rasulullah SAW, kami belajar Iman sebelum Al-Qur'an, kemudian setelah kami belajar Al-Qur'an bertambahlah keimanan kami. Sedangkan kalian sungguh pada hari ini justru belajar Al-Qur'an dulu sebelum belajar Iman."

[Riwayat Thabrani, Al-Baihaqi, dan Ibn Majah].

Ya, itulah kunci keberhasilan generasi para sahabat. Yaitu 'Belajar iman dan iman' sejak dini. Untuk mengetahui maksud belajar Iman sebelum Al-Qur'an, (maksud belajar Iman sebelum Al-Qur'an) agar kalian tidak salah paham.

Tapi inti-nya hampir mirip seperti menanamkan 'Aqidah dan Tauhid', hanya saja ini lebih dalam dan bisa menumbuhkan Iman serta menguatkan pondasi Aqidah anak.

Jadi kita tidak perlu ragu lagi untuk menunaikan kewajiban orang tua yang satu ini, sebab selain itu penanaman Karakter Iman juga akan mengajarkan moral generasi dari segala sisi kehidupan-nya, baik sosial, bisnis, politik dan lain-lain.

[5]. Mengajarkan 'Adab' Pada Anak Sejak Dini.

Point kelima ini juga tidak kalah penting, yakni mengajarkan adab-adab Islam demi tercipta-nya ilmu yang bermanfaat.

Betapa banyak hari ini yang hafal Al-Qur'an namun adab-nya sama sekali tidak menggambarkan Al-Qur'an. Maka semua 'Ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah dahulu sangat memperhatikan adab. Imam Malik RA, berkata :

"تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم"

Artinya : "Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu."

Abdullah Bin Mubarak juga berkata : "Dahulu kami belajar adab 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun."

[6]. Mengajarkan Shalat Ketika Umur 7 Tahun.

Mengajarkan shalat adalah bagian dari kewajiban orang tua. Rasulullah SAW memerintahkan para orang tua agar mulai mengajari-nya shalat diusia 7 tahun :

"ﻋَﻦْ ﻋَﻤْﺮِﻭ ﺑْﻦِ ﺷُﻌَﻴْﺐٍ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻴﻪِ ﻋَﻦْ ﺟَﺪِّﻩِ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣُﺮُﻭﺍ ﺃَﻭْﻻﺩَﻛُﻢْﺑِﺎﻟﺼَّﻼﺓِ ﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎﺀُ ﺳَﺒْﻊِ ﺳِﻨِﻴﻦَ ﻭَﺍﺿْﺮِﺑُﻮﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎﺀُ ﻋَﺸْﺮٍ ﻭَﻓَﺮِّﻗُﻮﺍ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﻀَﺎﺟِﻊِ‏ : ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻮﺩﺍﻭﺩ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺼﻼﺓ‏"

Dari Amar Bin Syu'aib, dari ayah-nya, dari kakek-nya ia berkata : 'Rasulullah bersabda : "Perintahlah anak-anak mu mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat bila berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)."'

[H.R.Abu Dawud, dalam Kitab Shalat, Hadits Shahih; Sunan Abu Dawud (2/162/419), Ibnu Majah (5868) (2/237/84), Hakim (1/197)].

Memukul disini yaitu untuk memberikan pelajaran (tidak keras), bukan memukul dengan kekerasan dan tidaklah memukul bagian kepala atau wajah-nya.

[7]. Menanamkan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad Dan Keluarga-nya.

Mengarahkan anak agar lebih mendahulukan mencintai Allah dan Rasul-Nya dibandingkan orang tua, bisa menyebabkan si anak mudah menerima seruan Allah, baik berupa ayat maupun hadits. Bahkan iman seorang hamba tidak akan sempurna sampai dia mencintai kedua-nya daripada seluruh manusia. Dari Anas RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda :

"لاَ يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ حتى أكُوْنَ أحَبَ إلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَ وَلَدِهِ وَ النَّاسِ أجْمَعِيْنَ"

Artinya : "Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sampai Aku menjadi orang yang lebih dicintai-nya daripada bapak-nya, anak-nya, dan seluruh manusia."

[H.R.Bukhari (14), Muslim (2/15 Nawawi), Ibnu Majah (67), Addarimi (2/307), Ahmad].

"أَحِبُّوا اللهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ بِهِ مِنْ نِعَمِهِ، وَأَحِبُّونِي لِحُبِّ اللهِ، وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي لِحُبِّي"

Dari Ibnu Abbas RA, Nabi Muhammad SAW, bersabda : "Cintailah Allah karena nikmat-nikmat yang dianugerahkan-Nya, cintailah aku karena kecintaan kepada Allah, dan cintailah Ahlul Bait ku (keluarga ku) karena kecintaa mu kepada ku."

[H.R.Tirmidzi, Thabrani, dan Al-Hakim].

"أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ وَحُبِّ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ"

[رواه الديلمي عن علي].

Dari Sayyidinaa Ali RA, Nabi Muhammad SAW, bersabda : "Didiklah anak-anak mu atas tiga perkara, (1). Kecintaan kepada Nabi mu, (2). Kecintaan kepada Ahlul Bait-nya, dan (3). Cinta membaca Al-Qur'an."

[H.R.Addailami].

[8]. Mengajarkan Al-Quran Dan Kandungan-nya Pada Anak.

Al-Qur'an sudah menjadi tolak ukur untuk sebuah generasi. Jika Al-Qur'an ini hidup disebuah generasi, maka pasti generasi tersebut akan menjadi generasi yang unggul bagi pemimpin bumi. Namun sebalik-nya jika Al-Qur'an ini jauh dari generasi, maka masyarakat negeri akan gelap dalam dekapan Jahiliyah dan Muslim tidak mampu menjadi pemimpin-nya.

Bukankah hal ini sudah terbukti dinegara kita??

Maka sebab itu setiap orang tua wajib mendidik anak-nya agar cinta dan belajar Al-Qur'an, bukan hanya dihafal namun juga dipelajari makna-nya. Itulah gambaran generasi yang kokoh sebagaimana dulu para Salafus Shalih.

Dari sahabat Utsman Bin Affan RA, Nabi SAW, bersabda :

"خَيْرُكُمْ مضنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَ عَلَّمَهُ"

Artinya : "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkan-nya."

[H.R.Bukhari, No5027].

أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ وَحُبِّ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ (رواه الديلمي عن علي)

Dari Sayyidinaa Ali RA, Nabi Muhammad SAW bersabda : "Didiklah anak-anak mu atas tiga perkara, (1). Kecintaan kepada Nabi mu, (2). Kecintaan kepada Ahlul Bait-nya, dan (3). Cinta membaca Al-Qur'an."

[H.R.Alddailami].

Untuk itu tunaikan kewajiban Ibu dan Ayah terhadap anak yang satu ini. Agar berhasil mencetak generasi Qur'ani.

[9]. Memberikan Nafkah Yang Halal.

Kewajiban orang tua kepada anak menurut Islam yang ke-sembilan ialah memberikan nafkah yang halal. Sebaik apapun cara kita mendidik anak, namun jika apa yang dia makan, dia pakai melalui harta yang Syubhat sekali pun maka tidak akan membuahkan keberkahan. Yang Syubhat saja harus ditinggalkan apalagi yang jelas-jelas Haram??

Allah Maha Kaya, janganlah kita khawatir dengan harta dunia. Sebaik apapun kita menjaga harta, tetap saja ia akan lepas dari genggaman kita saat meninggal.

[10]. Banyak Berkisah Pada Anak.

Inilah kewajiban yang sudah dicontohkan Allah terhadap hamba-Nya, dimana pada isi Al-Qur'an hampir setengah-nya adalah kisah. Itu artinya disana banyak sekali pelajaran yang bisa diambil, Allah berfirman :

"لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ "

Artinya : "Sesungguh-nya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal."

[Q.S.Yusuf : 111].

"فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ"

Artinya : "Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan."

Dengan kita mengisahkan atau menceritakan kisah-kisah para Nabi, para sahabat-nya yang taat kepada Allah, para 'Auliya Allah. Dan para Shalihin maka bisa menjadikan seorang anak tumbuh menjadi seorang yang mencintai mereka, karena ada pribahasa 'Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta'.

[11]. Membiasakan Kebaikan Pada Anak.

Percaya atau tidak percaya, bahwa anak yang masih kecil, misal-nya usia satu tahun, dia sudah bisa menirukan apa yang diajarkan kepada anak. Sebab dia adalah peniru ulung. Apa yang menjadi kebiasaan orang tua-nya bukan tidak mungkin akan membentuk karakter anak.

Berikut cara membiasakan hal yang baik kepada anak usia dini :

• Mengucapkan salam sebelum masuk rumah walaupun belum bisa bicara.
• Meminta izin dalam segala hal pada orang tua-nya.
• Menjawab bersin, 'Alhamdulillah', 'Yarhamukallah', dan 'Yahdikumullah'.
• Berkata baik dan penuh adab sopan santun.
• Bersyukur setiap hendak makan.
• Berdo'a setiap melakukan hal.

Dan masih banyak lagi yang lain-nya.

[12]. Mengajarkan Kejujuran.

Sampai kepada kewajiban orang tua pada anak menurut hukum Islam yang ke-12. Jujur ialah sikap terpuji yang wajib ditanamkan kepada anak-anak kita. Dari Ibnu Mas'ud RA, dari Nabi SAW, Beliau bersabda :

"إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا"

Artinya : "Sesungguh-nya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menuntun kepada surga. Dan sesungguh-nya seseorang berkata jujur sehingga dia menjadi orang yang jujur. Dan sesungguh-nya kedustaan menunjukkan kepada kejahatan, sedangkan kejahatan mengantar kepada neraka. Dan sesungguh-nya seseorang berkata dusta hingga ia tercatat disisi Allah sebagai pendusta."

[H.R.Bukhari, No.6094].

[13]. Adil Pada Semua Anak.

Adil untuk semua anak, baik laki-laki maupun perempuan harus ditunaikan oleh setiap orang tua, sebab adil adalah keteladanan orang tua-nya yang akan diwariskan pada generasi setelah-nya, maka siapa saja yang tidak adil bisa jadi rantai ini akan terus menyambung sampai keturunan berikut-nya.

Perkara adil ini sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW, sampai-sampai Beliau menyebut-nya 3 kali :

Dari Nu'man Bin Basyir RA, Rasulullah SAW bersabda :

"اعْدِلُوا بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ ،اعْدِلُوا بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ ،اعْدِلُوا بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ"

Artinya : "Bersikap adillah diantara anak-anak mu, adillah diantara anak-anak mu, adillah diantara anak-anak mu."

[H.R.Ahmad, 4/275,278,375].

[14]. Keteladanan Dan Do'a Dari Orang Tua-nya.

Keteladanan sudah menjadi perkara mutlak untuk diterapkan oleh setiap pendidik, sebagaimana Rasulullah yang menjadi teladan bagi ummat-nya. Untuk itu mari membaca Al-Qur'an sebelum menyuruh anak membaca-nya, mari mengerjakan sunnah-sunnah Rasulullah, mari mengerjakan hal-hal baik dalam Islam, dan juga yang tidak kalah penting adalah berdo'a kepada Allah Ta'aalaa :

"رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ"

Artinya : "Yaa Tuhan ku, anugerahkanlah kepada ku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh."

[Q.S.Ash-Shaffaat : 100].

"اللهم اجعلنا واولادنا وذريتنا من اهل العلم واهل الخيرواهل القران واهل السنة واهل العبادة وأهل الجنة ومن أوليائك المتقين وحزبك المفلحين وعبادك الصالحين . ولا تجعلنا واياهم من اهل السوء واهل اضير. وارزقنا واياهم علما نافعا. ورزقا واسعا. وخلقا حسنا. والتوفيق للطاعة. وفهم النبيين. وحفظ المرسلين. والهام الملائكة المقربين. وافتح قلوبنا وقلوبهم فتوح العارفين. بفضلك وكرمك ورحمتك ياارحم الراحمين"

"Allahummaj'alnaa Wa Aulaadanaa Wa Dzurriyyatinaa Min Ahlil 'Ilmi, Wa Ahlil Khair, Wa Ahlik Qur'aan, Wa Ahlissunnah, Wa Ahlil Ibaadah, Wa Ahlil Jannah, Wa Min 'Auliyaa'ikal Muttaqiina Wa Hizbikal Muflihiin, Wa 'Ibaadikash-shaalihiin. Wa Laa Taj'alnaa Wa Iyyaahum Min Aahlissuu'i, Wa Ahlidh-dhair. Warzuqnaa Wa Iyyaahum 'Ilman Naafi'aan, Wa Rizqaan Waasi'aan, Wa Khuluqaan Hasanaan, Wattaufiiqa Lith-thaa'at, Wa Fahman Nabiyyiina, Wa Hifzhal Mursaliin, Wa Ilhaamal Malaa'ikatil Muqarrabiin, Waftah Quluubanaa, Wa Quluubuhum Futuuhal 'Aarifiin. Bifadhlika Wa Karamika Wa Rahmatika, Yaa Arhamarraahimiin."

Artinya :

"Yaa Allah, jadikanlah kami, anak-anak kami, dan keturunan keluarga kami dari golongan orang-orang yang ahli berilmu, orang-orang ahli kebaikan, yang ahli Qur'an, yang ahli (menghidupkan) sunnah, yang ahli ibadah, ahlil surga, dan dari kekasih Mu (wali-wali) yang taqwa, dan golongan Mu yang bahagia dan hamba-hamba Mu yang shaleh. Dan janganlah Engkau jadikan kami dan mereka itu dari golongan orang-orang jahat, dan orang-orang yang membuat kerusakan. Berilah rizqi kepada kami dan mereka ilmu yang bermanfaat, rizqi yang luas, budi pekerti yang baik, pertolongan untuk menjalankan ketaatan, kefahaman para Nabi, penjagaan para utusan, ilham para Malaikat Muqarrabin, dan bukalah hati kami dan hati mereka sebagaimana terbuka-nya orang-orang yang telah ma'rifat sebab anugrah-Mu, kedermawanan Mu, dan kasih sayang Mu. Wahai Allah Yang Maha Penyayang dari semua penyayang."

"اللهم اصلح ذريتي واهدهم إلى سبيل الرشاد"

"Allahumma Ashlih Dzurriyyatii Wahdihim Ilaa Sabiilirrasyaad."

Artinya : "Yaa Allah, baguskanlah keturunan ku dan berilah mereka petunjuk kejalan yang benar."

"ربنا هبلنا من ازواجنا وذريتنا قرة اعين واجعلنا للمتقين إماما"

"Rabbanaa Hablanaa Min Azwaajinaa Wa Dzurriyyatinaa Qurrata A'yunin Waj'alnaa Lil Muttaqiina Imaamaa."

Artinya : "Yaa Allah, berikanlah dari istri-istri dan dzuriat-dzuriat kami orang-orang yang menjadi idaman hati dimasyarakat, dan jadikanlah kami menjadi ikutan bagi orang-orang taqwa."

[15]. Menikahkan Anak-nya.

Kewajiban orang tua terhadap anak yang terakhir adalah menikahkan-nya, apalagi saat ini adalah zaman fitnah, dimana Aurat sudah menjadi barang halal bagi pelaku maksiat. Jadi sebaik-nya bagi putra-putri bapak yang sudah mampu dan tidak kuat menahan nafsu dinikahkan saja langsung. Insyaa Allah bila sudah menikah mereka akan mandiri dengan sendiri-nya. Allah berfirman :

"Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin), dan orang-orang yang sudah waktu-nya kawin dari hamba-hamba mu yang laki-laki maupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya."

[Q.S.An-Nur : 32].

Itulah beberapa kewajiban tanggung jawab orang tua terhadap anak-nya yang perlu diperhatikan, agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang shaleh dan shalehah.

***

Dipetik dari berbagai sumber.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar