Selasa, 16 Juli 2019

"Sanad Keilmuan (Keguruan)."

[1]. Definisi Sanad.

"Sanad" adalah Bahasa Arab yang berasal dari kata dasar 'Sanada', 'Yasnudu' (يسند سند), artinya : 'Sandaran' atau 'Tempat bersandar' atau 'Tempat berpegang' atau berarti 'Yang dipercaya' atau 'Yang sah'. Sebab hadits itu selalu bersandar pada-nya dan dipegangi atas kebenaran-nya.

Sedang menurut istilah ialah :

"السند هو سلسلة الرجال الموصولة للمتن."

Artinya : "Sanad ialah silsilah mata rantai orang-orang yang menghubungkan kepada matan hadits."

"الأخبار عن طريق المتن."

Artinya : "Pemberitaan tentang jalan (yang dilalui) matan."

"السند هو سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن صدره الأول."

Artinya : "Sanad ialah mata rantai para perawi yang memindahkan hadits dari sumber-nya yang pertama."

Adapun definisi sanad menurut buku yang disusun oleh Drs.H.Mudasir yaitu: 'Kata sanad menurut bahasa adalah sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena setiap hadits selalu bersandar kepada-nya. Adapun tentang arti sanad menurut istilah, terdapat rumusan pengertian.

Al-Badru Bin Jamaah dan Attibi mengatakan bahwa sanad adalah :

"الأخبار عن طريق المتن."

Artinya : "Berita tentang jalan matan."

Sebagaimana 'Ulama ada yang mendefinisikan :

"سلسلة الرجال الموصلة للمتن."

Artinya : "Silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadits), yang menyampaikan-nya pada matan hadits."

Ada juga 'Ulama yang mendefinisikan :

"سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن مصدره الأول."

Artinya : "Silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumber-nya yang pertama."

Dari definisi diatas, maka yang dimaksud dengan istilah 'Silsilah orang' ialah susunan atau rangkaian mata rantai orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullah SAW. Dimana semua perbuatan, ucapan, pengakuan, dan lain-nya merupakan suatu materi atau matan hadits.

Oleh sebab itu, yang dinamakan sanad hanyalah yang berlaku pada sederetan mata rantai orang-orang, bukan dari sudut pribadi secara perorangan, sebab sebutan untuk perorangan yang menyampaikan hadits adalah perawi atau rawi.

[2]. Penting-nya Sanad Ilmu.

Dari Abdullah Ibn Mas'ud RA, Rasulullah SAW, bersabda :

"خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ."

Artinya : "Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) dizaman ku, kemudian orang-orang setelah-nya, kemudian orang-orang setelah-nya."

[H.R.Bukhari, No.2652. Muslim, No.6635].

Rasulullah SAW, bersabda, 'Siapa orang menguraikan Al-Qur'an dengan akal pikiran-nya sendiri (tanpa guru) dan merasa benar, maka sesungguh-nya dia telah berbuat kesalahan."

[H.R.Ahmad].

Dari Ibnu 'Abbas RA berkata, Rasulullah SAW, bersabda, 'Didalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguh-nya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.'

[H.R.Ath-Thabrani].

Ibnul Mubarak, berkata :

"الإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ."

Artinya : "Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau, dengan apa saja yang diinginkan-nya."

[Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dalam Muqaddimah Kitab Shahih-nya, 1/47, No.32].

Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW, bersabda :

"وَمَنْ قَالَ فِى الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ."

Artinya : "Siapa yang berkata mengenai Al-Qur'an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempat-nya sendiri didalam neraka."

[H.R.Tirmidzi].

Imam Malik RA, berkata : "Hendaklah seseorang penuntut itu hafalan-nya (matan hadits dan ilmu) daripada 'Ulama, bukan daripada Suhuf (lembaran)."

[Kitab Al-Kifayah, oleh Imam Al-Khatib, 108].

Imam Asy-Syafi'i RA, mengatakan : "Tiada ilmu tanpa sanad."

Imam Asy-Syafi'i RA, juga berkata : "Siapa yang bertafaqquh (coba memahami agama) melalui isi kandungan buku-buku, maka dia akan mensia-siakan hukum (kefahaman sebenar-benarnya)."

[Kitab Tadzkirah Assami' : 87].

Berkata Imam Asy-Syafi'i RA : "Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar digelap-nya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat pada-nya ular berbisa dan ia tak tahu."

[Kitab Faidhul Qadir, Juz I, Hal.433].

Berkata pula Imam Ats-Tsauri RA :

"الإسناد سلاح المؤمن فإذا لم يكن معه سلاح فبأي سلاح يقاتل؟؟"

Artinya : "Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kau tak punya senjata maka dengan apa kau akan berperang??"

Berkata pula Imam Ibnul Mubarak : "Pelajar ilmu yang tak punya sanad bagaikan naik atap namun tak punya tangga-nya, sungguh telah Allah muliakan ummat ini dengan sanad."

[Kitab Faidhul Qadir, Juz I, Hal.433].

Al-Qadhi Abu Bakar Al-Arabi berkata didalam Kitab-nya Siraajul Muridin, Hal.80 :

"والله أكرم هذه الأمة بالإسناد، لم يعطه أحد غيرها، فاحذروا أن تسلكوا مسلك اليهود والنصارى فتحدثوا بغير إسناد فتكونوا سالبين نعمة الله عن أنفسكم، مطرقين للتهمة إليكم، وخافضين المنزلتكم، ومشتركين مع قوم لعنهم الله وغضب عليهم، وراكبين لسنتهم."

"Allah memuliakan ummat ini dengan Isnad yang tidak diberikan pada selain ummat ini. Maka berhati-hatilah kalian dari mengikuti jalan Yahudi dan Nashara, sehingga kalian berbicara (tentang ilmu) tanpa sanad, maka kalian menjadi orang yang mencabut nikmat Allah dari diri kalian, menyodorkan kecurigaan, merendahkan kedudukan, dan bersekutu pada kaum yang Allah laknat dan murkai."

Al-Imam Ats-Tsauri RA, mengatakan : "Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga."

Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Busthami RA, berkata :

"َن لا شيخَ له؛ فشيخُه الشيطان."

"Siapa orang yang tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agama-nya, tidak ragu lagi niscaya guru-nya setan."

[Kitab Tafsir Ruhul Bayan, Juz V, Hal.203].

وقال الشيخ أَبُوْ عَلِىّ الدَّقَاقِ : لَوْ أَنَّ رَجُلاً يُوْحَى إِلَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ لاَ يَجِيْئُ مِنْهُ مِنَ اْلأَسْرَارِ.

Dan berkata Asy-Syaikh Abu Ali Al-Daqaq : "Seandai-nya seseorang diberi petunjuk dan bagi-nya tidak memiliki guru maka jangan berharap akan muncul bagi-nya Asrar (rahasia yang benar dari kebenaran ilmu tersebut)."

"فَعَلَى قَارِئَ اْلقُرآنِ اَنْ يَأْخُذَ قِرَائَتُهُ عَلَى طَرِيْقِ التَّلَقِّى وَ اْلإِسْنَادِ عَنِ الشُّيُوْخِ اْلآخِذِيْنَ عَنْ شُيُوْخِهِمْ كَى يَصِلَ اِلَى تَأْكِدٍ مِنْ أَنَّ تِلاَوَتَهُ تُطَابِقُ مَا جَاءَ عَنِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه و سلم."

Artinya : "Bagi orang yang belajar membaca Al-Qur'an disyaratkan untuk belajar cara membaca dari (guru) yang guru tersebut mendapat ajaran dari guru-nya, agar kebenaran dari bacaan tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW."

[Kitab Haqqu Al-Tilawaah, Hal.46].

Imam Muhammad Bin Sirin, salah seorang Imam-nya Tabi'in memberikan nasehat :

"إن السند من الدين. فانظروا ممن تأخذون دينكم."

Artinya : "Sesungguh-nya sanad (periwayatan hadits) ini adalah bagian dari agama. Maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian."

Beliau juga berkata : "Dahulu orang-orang tidak bertanya tentang sanad (rangkaian para rawi yang meriwayatkan) hadits, maka tatkala terjadi fitnah mereka mengatakan, 'Sebutkan kepada kami sanad kalian'. Sehingga mereka melihat kepada Ahlussunnah lalu mereka menerima hadits-nya dan melihat kepada Ahlulbid'ah lalu menolak hadits-nya."

[Atsar ini diriwayatkan Imam Muslim, dalam Muqaddimah Shahih-nya].

Asy-Syaikh Assayyid Yusuf Bakhaur Al-Hasani menyampaikan bahwa : "Maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafadz bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripada-nya, dan orang yang kamu ambil sanad-nya itu juga meneladani orang yang diatas dimana dia mengambil sanad daripada-nya, dan begitulah seterus-nya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah SAW. Dengan demikian, keterjagaan Al-Qur'an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna, dan pengamalan."

Asy-Syaikh Ibn Jama'ah, berkata : "Sebesar-besar musibah adalah dengan bergurukan Sahifah (lembaran-lembaran atau buku)."

[Ibn Al-Jama'ah : 87, dan dinukilkan dalam Muqaddimah Syarh Al-Maqawif, 1/90].

Imam Badruddin Ibn Jama'ah : "Hendaklah seseorang penuntut ilmu itu berusaha mendapatkan 'Syaikh' yang mana dia seorang yang menguasai ilmu-ilmu Syariah secara sempurna, yang mana dia melazimi para 'Syaikh' yang terpercaya dizaman-nya yang banyak mengkaji, dan dia lama bersahabat dengan para 'Ulama, bukan berguru dengan orang yang mengambil ilmu hanya dari lembaran kertas dan tidak pula bersahabat dengan para 'Syaikh ('Ulama) yang agung."

[Kitab Tadzkirah Assami' Wal Mutakallim, 1/38].

Dan Nabi juga memerintahkan supaya berpegang tegung pada jama'ah mayoritas. Dari Anas Bin Malik RA berkata, 'Aku mendengar Rasulullah SAW, bersabda : "Sesungguh-nya ummat Ku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi-nya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas."'

[H.R.Ibnu Majah, No.3950, Abd Bin Humaid dalam Musnad-nya (1220), dan Thabarani dalam Musnad Al-Syamiyyin (2069)].

Itulah beberapa hadits dan dalil-dalil tentang penting-nya menuntut ilmu dengan berguru dan bersanad.

Wallahu A'lam.

Penulis : Ghozali Hasan Siregar Almandili.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar